Bupati Lamongan Yuhronur Efendi saat melakukan panen raya padi. Foto : Pemkab Lamongan |
LAMONGAN - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lamongan, mencanangkan program sekolah pengelolaan hama dan penyakit terpadu (SLPHT) untuk para petani setempat. Hasilnya, para petani yang mengikuti program ini berhasil meningkatkan hasil panen.
Salah satunya seperti yang dirasakan petani di Desa Prijekngablak, Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan, Kamis (29/06/2023). Hasil panen padi di lahan seluas 104 hektar tembus 9,46 ton.
Padahal, sebelumnya selama 3 tahun berturut-turu, para petani setempat mengalami gagal panen akibat serangan hama dan penyakit. Namun, setelah menerapkan program SLPHT dengan menerapkan manajemen tanaman sehat (MTS) para petani berhasil mengatasi persoalan tersebut dengan baik.
“Ketahanan pangan merupakan hal yang penting untuk dijaga, apalagi Kabupaten Lamongan sebagai lumbung pangan Nasional. Di tengah permasalahan pada bidang pertanian mulai kelangkaan pupuk, harga pupuk yang mahal dan lain sebagainya, petani Lamongan harus bisa berjuang dan diciptakan untuk mencapai kesejahteraannya, makanya kami mengadakan program ini,” terang Bupati Lamongan Yuhronur Efendi saat melakukan panen raya padi di desa setempat, Selasa (27/06/2023).
Imbuhnya, sekolah ini juga mewajibkan alokasi dana desa sebesar 20% untuk ketahanan pangan. Hal tersebut merupakan komitmen kami untuk mensejahterakan petani. Yang mana berpotensi menghadirkan ketahanan pangan di Lamongan.
“Hadirnya SLPHT merupakan solusi bagi petani agar dapat meminimalisir biaya produksi pertanian namun tetap memiliki produksi maksimal karena petani saat ini sebagai penyumbang angka kemiskinan tertinggi di pedesaan. Selain itu juga sebagai jalan keluar dari fenomena kelangkaan pupuk dan pengurangan subsidi pupuk,” tambah orang nomor 1 di Lamongan ini.
Bupati Lamongan berharap agar petani di seluruh Kabupaten Lamongan dapat mengimplementasikan program SLPHT dan MTS agar menjadi petani yang mandiri dan sejahtera.
Program yang dicetuskan oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupeten Lamongan ini sudah melakukan pertemuan sebanyak 25 kali dengan melarang materi mendasar tentang agro ekosistem pertanian hingga pembuatan pupuk organik.
Dijelaskan oleh penyuluh SLPHT Khamim bahwa hal utama yang harus ditekankan adalah sumber daya manusia (sdm) agar memiliki pemikiran tentang pengelolaan tanaman sehat. Lalu dilanjutkan dengan penarikan terkait cara efesiensi usaha tani hingga diversifikasi usaha tani.
“Jadi pertama yang kita lakukan ialah manajemen sdm agar memahami tentang manajemen tanaman sehat, setelah itu baru kita lanjutkan pada materi cara efesiensi usaha tani hingga diversifikasi usaha tani,” terang Khamim saat ditemui.
Pada Desa tersebut juga dilakukan studi petak yang membandingkan hasil selubung menggunakan metode organik dan non organik. Diungkapkan oleh salah satu petani Desa Prijekngablak Muslik bahwa hasil produktivitas padi sangat signifikan mulai dari menghindari hama saat menyembunyikan dan hasil yang lebih banyak jumlahnya.
Penanaman padi yang dimulai pada bulan Maret lalu menggunakan varietas 32 dan MR dan menggunakan pupuk organik jenis PGPR (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria), POC (pupuk organik cair), dan lainnya.