JOMBANG – Suciati, seorang relawan sosial pendampingan HIV/AIDS yang ada di Desa Keras, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, sukses menjadi pengusaha jajanan bolen pisang. Setiap hari, ia disibukkan dengan produksi bolen. Mulai dari memotong hingga menimbang adonan sesuai ukuran yang biasa digunakan.
Sementara pekerja lainnya, menghaluskan hingga mengisi adonan dengan pisang candi yang memiliki rasa khas. Selain pisang, bolen ini juga diberi tambahan rasa coklat hingga keju.
Tangan terampil para relawan perempuan ini terus mencetak bolen dalam jumlah ratusan biji. Sementara dibagian belakang perempuannya lainnya memasukan bolen hasil cetakan dalam mesin oven hingga matang.
Suciati mengakui, usaha ini dirintis saat banyak keluarga di desanya kekurangan penghasilan karena pandemi covid 19. Dirinya kemudian berpikir agar bisa memperdayakan relawan sosial ini dengan membuat usaha bersama.
“Alhamdulillah. Berjalannya waktu, usaha bolen ini semakin dikenal dan berkembang,” jelasnya kepada JTV, Jumat (23/06/2023).
Bolen pisang yang awalnya menjadi alternatif dikala pandemi, kini menjadi penghasilan utama kelompok pemberdayaan perempuan. Bahkan, kini sudah menjadi sumber penghasilan utama kelompok ini.
Dalam sehari usahanya bisa meraup omzet antara 4 juta hingga 5 juta. Ketekunan dan jiwa sosial mampu menarik kelompok perempuan lain bekerja bersama untuk membangun ekonominya.
“Bolen ini dijual mulai isi dua dengan harga 5 ribu hingga harga 27 ribu untuk isi 12 buah,” pungkasnya. (ful/rok)
Sementara pekerja lainnya, menghaluskan hingga mengisi adonan dengan pisang candi yang memiliki rasa khas. Selain pisang, bolen ini juga diberi tambahan rasa coklat hingga keju.
Tangan terampil para relawan perempuan ini terus mencetak bolen dalam jumlah ratusan biji. Sementara dibagian belakang perempuannya lainnya memasukan bolen hasil cetakan dalam mesin oven hingga matang.
Suciati mengakui, usaha ini dirintis saat banyak keluarga di desanya kekurangan penghasilan karena pandemi covid 19. Dirinya kemudian berpikir agar bisa memperdayakan relawan sosial ini dengan membuat usaha bersama.
“Alhamdulillah. Berjalannya waktu, usaha bolen ini semakin dikenal dan berkembang,” jelasnya kepada JTV, Jumat (23/06/2023).
Bolen pisang yang awalnya menjadi alternatif dikala pandemi, kini menjadi penghasilan utama kelompok pemberdayaan perempuan. Bahkan, kini sudah menjadi sumber penghasilan utama kelompok ini.
Dalam sehari usahanya bisa meraup omzet antara 4 juta hingga 5 juta. Ketekunan dan jiwa sosial mampu menarik kelompok perempuan lain bekerja bersama untuk membangun ekonominya.
“Bolen ini dijual mulai isi dua dengan harga 5 ribu hingga harga 27 ribu untuk isi 12 buah,” pungkasnya. (ful/rok)
