KABAR APIK - Hari keempat gelaran acara Bojonegoro Thengul International Folklore Festival (B-TIFF) di Thamrin Park Bojonegoro berlangsung memukau, pada Senin (24/07/2023) malam. Warga dari berbagai kawasan di Bojonegoro datang untuk menyaksikan folklore performance dari delegasi 4 negara dan Rampoe Aceh.
Pantauan JTV di lokasi, meski sempat diguyur hujan, tak mengurungkan niat warga untuk hadir menyaksikan acara ini. Folklore performance ini juga dihadiri oleh Presiden CIOFF Indonesia, Bupati Bojonegoro Anna Mu’awanah, jajaran asisten dan staf ahli Bupati, kepala OPD, seniman dan tokoh masyarakat.
Folklore performance dibuka dengan lagu nglenyer yang diciptakan oleh Bupati Bojonegoro Anna Mu’awanah. Selanjutnya pertunjukan oklik khas Bojonegoro. Suasana makin meriah, saat acara utama penampilan delegasi 4 negara dan Rampoe Aceh.
Negara Slovenia yang mengawali penampilan pertama membawakan tarian dari razkrizje dan bela krajina. Tarian ini merupakan gambaran letak geografis razkrizje yang berada di wilayah timur Slovenia. Mereka menggabungkan budaya dan etnis yang berbeda beda, seperti Hungaria dan Kroasia.
Menggunakan jenis pakaian kuno bernama pannonia, tarian ini diawali dengan kunang-kunang yang beterbangan dari rumah ke rumah untuk mendokan keberhasilan panen raya. Dengan bernyanyi terus menerus dan berhenti di dekat api unggun, para anak laki-laki bergabung dengan mereka dan bernyanyi hingga larut malam.
Sedangkan tari bela krajina, adalah tarian tertua yang masih dilestarikan di Slovenia. Diciptakan oleh uskoki pada abad ke 16, menggunakan kostum rakyat berwarna putuh, yang terbuat dari linen tenunan sendiri, yang berasal dari awal abad ke 20.
Sementara delegasi India menampilkan tarian ghoomar, yang merupakan tarian rakyat tradisional Rajajstan. Kemudian suku bil lah yang melakukannya untuk memuja dewi saraswati yang dianut oleh masyarakat Rajajstan. Tarian ini dibawakan oleh wanita berkerudung yang mengenakan gaun mengalir disebut dengan ghaghra.
Sedangkan Uzbekistan, menampilakn tari sukhon folklore songs popuri. Tarian ini diambil dari wilayah Sukhandarya, merupakan tempat dimana gerita rakyat kuno berada di Uzbekistan. Pertunjukan ini menampilkan tarian duet, antara anak laki-laki dan perempuan.
Hal ini dilakukan, menurut cerita rakyat yang sangat spesial. Terdiri dari lagu lagu yang sangat ceria, dan memiliki tampo yang tinggi. Sedangkan kostum yang dikenakan dalam tarian ini, dijahit oleh tangan.
Penampilan ke tiga Rampoe Aceh, membawakan tarian ratoeh pukat. Tarian ratoeh pukat menampilkan para penani sedang menenun, dan kisah indah yang terinspirasi dari jala nelayan. Tarian ini melambangkan harmoni antara manusia dan alam.
Penampilan terkahir dibawakan oleh delegasi negara Mexico dengan tarian jalisco land of tequila and mariachis. Tarian gerakan tarian rusa ini merupakan sebuah ritual untuk berterimakasih pada rusa, baik untuk dimakan maupun untuk bertahan hidup.
Tarian kedua bernama de la manana, dimana para gadis-gadis sedang mencari air di pagi hari. Tarian terakhir bernama jarabe tapatito, tarian yang menggabungkan sebuah parodi tentang kaum borjuis di masa abad ke 19.
Bojonegoro Thengul International Folklore Festival 2023, rupanya menjadi memiliki kesan tersendiri bagi para peserta yang hadir, dan mengikuti serangkaian acara yang berlangsung selama 6 hari ini. Salah satunya dari peserta Rampor Aceh, Najma Alfil Penari mengaku sangat bangga dan terhormat, bisa diundang oleh CIOFF Indonesia dan Kabupaten Bojonegoro.
Pada gelaran Bojonegoro Thengul International Folklore Festival ini, Rampoe Aceh membawa 14 penari. Mereka mengaku sangat bangga bisa bergabung untuk mengenalkan kultur budaya aceh kepada warga bojonegoro maupun 4 negara delegasi.
“Budaya yang kami bawa yaitu tari ratoh jaroh, tarik pukat, dan meusare sare. Kami butuh waktu 3 bulan untuk menyiapkan penampilan agar bisa tampil dengan maksimal dan menghibur masyarakat yang hadir,” tegasnya kepada JTV.
Bojonegoro Thengul International Folklore Festival kali ini ditutup dengan penampilan wayang thengul. Mengusung lakon wayang kurang sajen, yang dibawakan oleh dalang Ora Kajen.
Disebut artikan wayang thengul karena bagian kepala wayangnya dapat digerakkan ke kiri dan ke kanan atau methungal methungul.
Namun versi lain menyebut kata thengul dalam penuturan masyarakat berasal dari kata methenteng dan methengul, yang artinya karena terbuat dari kayu berbentuk tiga dimensi. Maka dalang harus methenteng atau tenaga ekstra, mengangkat dengan serius agar methengul atau muncul dan terlihat penonton.
Perihal thengul di Bojonegoro sudah menjadi hal umum dan banyak dikenal dibenak masyarakat Bojonegoro. (*/edo)
Pantauan JTV di lokasi, meski sempat diguyur hujan, tak mengurungkan niat warga untuk hadir menyaksikan acara ini. Folklore performance ini juga dihadiri oleh Presiden CIOFF Indonesia, Bupati Bojonegoro Anna Mu’awanah, jajaran asisten dan staf ahli Bupati, kepala OPD, seniman dan tokoh masyarakat.
Folklore performance dibuka dengan lagu nglenyer yang diciptakan oleh Bupati Bojonegoro Anna Mu’awanah. Selanjutnya pertunjukan oklik khas Bojonegoro. Suasana makin meriah, saat acara utama penampilan delegasi 4 negara dan Rampoe Aceh.
Negara Slovenia yang mengawali penampilan pertama membawakan tarian dari razkrizje dan bela krajina. Tarian ini merupakan gambaran letak geografis razkrizje yang berada di wilayah timur Slovenia. Mereka menggabungkan budaya dan etnis yang berbeda beda, seperti Hungaria dan Kroasia.
Menggunakan jenis pakaian kuno bernama pannonia, tarian ini diawali dengan kunang-kunang yang beterbangan dari rumah ke rumah untuk mendokan keberhasilan panen raya. Dengan bernyanyi terus menerus dan berhenti di dekat api unggun, para anak laki-laki bergabung dengan mereka dan bernyanyi hingga larut malam.
Sedangkan tari bela krajina, adalah tarian tertua yang masih dilestarikan di Slovenia. Diciptakan oleh uskoki pada abad ke 16, menggunakan kostum rakyat berwarna putuh, yang terbuat dari linen tenunan sendiri, yang berasal dari awal abad ke 20.
Sementara delegasi India menampilkan tarian ghoomar, yang merupakan tarian rakyat tradisional Rajajstan. Kemudian suku bil lah yang melakukannya untuk memuja dewi saraswati yang dianut oleh masyarakat Rajajstan. Tarian ini dibawakan oleh wanita berkerudung yang mengenakan gaun mengalir disebut dengan ghaghra.
Sedangkan Uzbekistan, menampilakn tari sukhon folklore songs popuri. Tarian ini diambil dari wilayah Sukhandarya, merupakan tempat dimana gerita rakyat kuno berada di Uzbekistan. Pertunjukan ini menampilkan tarian duet, antara anak laki-laki dan perempuan.
Hal ini dilakukan, menurut cerita rakyat yang sangat spesial. Terdiri dari lagu lagu yang sangat ceria, dan memiliki tampo yang tinggi. Sedangkan kostum yang dikenakan dalam tarian ini, dijahit oleh tangan.
Penampilan ke tiga Rampoe Aceh, membawakan tarian ratoeh pukat. Tarian ratoeh pukat menampilkan para penani sedang menenun, dan kisah indah yang terinspirasi dari jala nelayan. Tarian ini melambangkan harmoni antara manusia dan alam.
Penampilan terkahir dibawakan oleh delegasi negara Mexico dengan tarian jalisco land of tequila and mariachis. Tarian gerakan tarian rusa ini merupakan sebuah ritual untuk berterimakasih pada rusa, baik untuk dimakan maupun untuk bertahan hidup.
Tarian kedua bernama de la manana, dimana para gadis-gadis sedang mencari air di pagi hari. Tarian terakhir bernama jarabe tapatito, tarian yang menggabungkan sebuah parodi tentang kaum borjuis di masa abad ke 19.
Bojonegoro Thengul International Folklore Festival 2023, rupanya menjadi memiliki kesan tersendiri bagi para peserta yang hadir, dan mengikuti serangkaian acara yang berlangsung selama 6 hari ini. Salah satunya dari peserta Rampor Aceh, Najma Alfil Penari mengaku sangat bangga dan terhormat, bisa diundang oleh CIOFF Indonesia dan Kabupaten Bojonegoro.
Pada gelaran Bojonegoro Thengul International Folklore Festival ini, Rampoe Aceh membawa 14 penari. Mereka mengaku sangat bangga bisa bergabung untuk mengenalkan kultur budaya aceh kepada warga bojonegoro maupun 4 negara delegasi.
“Budaya yang kami bawa yaitu tari ratoh jaroh, tarik pukat, dan meusare sare. Kami butuh waktu 3 bulan untuk menyiapkan penampilan agar bisa tampil dengan maksimal dan menghibur masyarakat yang hadir,” tegasnya kepada JTV.
Bojonegoro Thengul International Folklore Festival kali ini ditutup dengan penampilan wayang thengul. Mengusung lakon wayang kurang sajen, yang dibawakan oleh dalang Ora Kajen.
Disebut artikan wayang thengul karena bagian kepala wayangnya dapat digerakkan ke kiri dan ke kanan atau methungal methungul.
Namun versi lain menyebut kata thengul dalam penuturan masyarakat berasal dari kata methenteng dan methengul, yang artinya karena terbuat dari kayu berbentuk tiga dimensi. Maka dalang harus methenteng atau tenaga ekstra, mengangkat dengan serius agar methengul atau muncul dan terlihat penonton.
Perihal thengul di Bojonegoro sudah menjadi hal umum dan banyak dikenal dibenak masyarakat Bojonegoro. (*/edo)