BOJONEGORO - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro mencatat, hingga memasuki awal Agustus 2023 ini, sejumlah desa di Wilayah Kabupaten setempat mengalami kekeringan akibat dampak musim kemarau.
Bahkan, setidaknya sudah ada 10 Desa di 9 Kecamatan yang kesulitan air bersih. Meliputi Desa Sugihwaras, Desa Malingmati, Desa Jatimulyo, Desa Karangdinoyo, Desa Meduri, Desa Siwalan, Desa Kepohbaru, Desa Dukohkidul, Desa Miyono, dan Desa Sumberjokidul.
Di wilayah-wilayah tersebut, warga kesulitan air bersih sejak bulan Juni 2023 lalu. Kondisi ini disebabkan keringnya sumber air yang ada di wilayah setempat karena dampak kemarau panjang.
Mengatasi masalah ini, BPBD Bojonegoro langsung bergerak cepat dengan mendroping air bersih. Kegiatan ini dilakukan secara rutin dengan mengerahkan dua unit truk tangki masing-masing berkapasitas 4 ribu liter.
“Berdasarkan perkiraan dari badan meteorologi, klimatologi, dan geofisika (BMKG), puncak kemarau 2023 ini berlangsung pada bulan Agustus, sehingga untuk mengantisipasi terjadinya gagal panen, masyarakat juga dihimbau menampung air untuk persawahan,” jelas Ardhian Orianto, Kepala Pelaksana BPBD Bojonegoro kepada JTV, Rabu (02/08/2023).
Lanjut Ardhian, dijadwalkan droping air bersih ini akan terus dilakukan secara rutin. Penyaluran air bersih dilakukan setiap hari ke Desa-desa terdampak kekeringan secara bergantian.
“Meski dalam jumlah terbatas. Namun, diharapkan bantuan air ini dapat membantu meringankan beban warga yang sedang dilanda kekeringan,” pungkasnya. (lim/rok)
Bahkan, setidaknya sudah ada 10 Desa di 9 Kecamatan yang kesulitan air bersih. Meliputi Desa Sugihwaras, Desa Malingmati, Desa Jatimulyo, Desa Karangdinoyo, Desa Meduri, Desa Siwalan, Desa Kepohbaru, Desa Dukohkidul, Desa Miyono, dan Desa Sumberjokidul.
Di wilayah-wilayah tersebut, warga kesulitan air bersih sejak bulan Juni 2023 lalu. Kondisi ini disebabkan keringnya sumber air yang ada di wilayah setempat karena dampak kemarau panjang.
Mengatasi masalah ini, BPBD Bojonegoro langsung bergerak cepat dengan mendroping air bersih. Kegiatan ini dilakukan secara rutin dengan mengerahkan dua unit truk tangki masing-masing berkapasitas 4 ribu liter.
“Berdasarkan perkiraan dari badan meteorologi, klimatologi, dan geofisika (BMKG), puncak kemarau 2023 ini berlangsung pada bulan Agustus, sehingga untuk mengantisipasi terjadinya gagal panen, masyarakat juga dihimbau menampung air untuk persawahan,” jelas Ardhian Orianto, Kepala Pelaksana BPBD Bojonegoro kepada JTV, Rabu (02/08/2023).
Lanjut Ardhian, dijadwalkan droping air bersih ini akan terus dilakukan secara rutin. Penyaluran air bersih dilakukan setiap hari ke Desa-desa terdampak kekeringan secara bergantian.
“Meski dalam jumlah terbatas. Namun, diharapkan bantuan air ini dapat membantu meringankan beban warga yang sedang dilanda kekeringan,” pungkasnya. (lim/rok)