TUBAN - Kemarau panjang menyebabkan kekeringan di kawasan Perbukitan Kapur Kabupaten Tuban. Kondisi tersebut, salah satunya yang terjadi di Waduk Desa Karanglo, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, Kamis (03/08/2023) siang.
Pantauan JTV di lokasi, waduk seluas 1 hektar yang biasanya penuh dengan air, kini mulai mengering. Persediaan air tadah hujan yang kerap digunakan para petani untuk mengairi sawah saat musim kemarau ini pun telah habis.
Sejauh mata memandang hanya terlihat rumput ilalang dan permukaan tanah yang mengering. Kondisi air sungai yang kering kerontang, membuat para petani kelabakan. Pasalnya, air sungai ini menjadi andalan petani mengairi sawah-sawah sekitar.
“Waduknya kering sudah 3 bulan lalu. Ini habis karena tidak ada hujan. Sedangkan petani terus mengambil air untuk menyiram tanaman, sehingga sekarang habis,” ungkap Darji, petani desa setempat.
Lanjut Darji, ketiadaan air ini memaksa petani berhenti bercocok tanam. Hektaran lahan pertanian dibiarkan terbengkalai karena tidak mendapat pasokan air.
“Ini sekarang lahannya ya dibiarkan terbengkalai karena memang nggak ada air. Nanti kalau sudah hujan, baru bisa tanam lagi,” imbuhnya.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tuban, ada sebanyak 9 Desa di 6 Kecamatan yang mengalami kekeringan. Diantaranya Kecamatan Soko, Merakurak, Semanding, Bancar, Parengan Dan Senori.
“Dari daerah terdampak kekeringan itu, sebagian sudah kami droping air bersih. Nanti sisanya juga akan kami bantu. Tapi ini khusus untuk warga kurang mampu, karena warga yang mampu sudah beli air sendiri,” jelas Kalaksa BPBD Tuban, Sudarmaji.
Sementara itu, atas kekeringan ini, para petani hanya bisa pasrah dan berharap musim penghujan segera tiba, sehingga mereka dapat memulai bercocok tanam. (dzi/rok)
Pantauan JTV di lokasi, waduk seluas 1 hektar yang biasanya penuh dengan air, kini mulai mengering. Persediaan air tadah hujan yang kerap digunakan para petani untuk mengairi sawah saat musim kemarau ini pun telah habis.
Sejauh mata memandang hanya terlihat rumput ilalang dan permukaan tanah yang mengering. Kondisi air sungai yang kering kerontang, membuat para petani kelabakan. Pasalnya, air sungai ini menjadi andalan petani mengairi sawah-sawah sekitar.
“Waduknya kering sudah 3 bulan lalu. Ini habis karena tidak ada hujan. Sedangkan petani terus mengambil air untuk menyiram tanaman, sehingga sekarang habis,” ungkap Darji, petani desa setempat.
Lanjut Darji, ketiadaan air ini memaksa petani berhenti bercocok tanam. Hektaran lahan pertanian dibiarkan terbengkalai karena tidak mendapat pasokan air.
“Ini sekarang lahannya ya dibiarkan terbengkalai karena memang nggak ada air. Nanti kalau sudah hujan, baru bisa tanam lagi,” imbuhnya.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tuban, ada sebanyak 9 Desa di 6 Kecamatan yang mengalami kekeringan. Diantaranya Kecamatan Soko, Merakurak, Semanding, Bancar, Parengan Dan Senori.
“Dari daerah terdampak kekeringan itu, sebagian sudah kami droping air bersih. Nanti sisanya juga akan kami bantu. Tapi ini khusus untuk warga kurang mampu, karena warga yang mampu sudah beli air sendiri,” jelas Kalaksa BPBD Tuban, Sudarmaji.
Sementara itu, atas kekeringan ini, para petani hanya bisa pasrah dan berharap musim penghujan segera tiba, sehingga mereka dapat memulai bercocok tanam. (dzi/rok)