TUBAN - Cuaca panas ekstrem yang terjadi sejak lima bulan terakhir membuat produktivitas cabai di Kabupaten Tuban menurun. Kondisi tersebut salah satunya dirasakan petani cabai di Desa Sugihwaras, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Sabtu (14/10/2023) pagi.
Pantauan JTV di lokasi, sekilas tanaman cabai tumbuh subur dan menghasilkan cabai segar siap panen. Namun, jika diamati lebih dekat, sebagian besar buah cabai yang masih menggantung ini banyak yang rusak dan mengering.
Menurut para petani, kondisi ini disebabkan cuaca panas ekstrem yang terjadi sejak lima bulan terakhir. Panasnya terik matahari membuat buah cabai mengering dan berjatuhan.
Akibatnya, hasil panen menurun enam puluh persen. Jika biasanya lahan seluas 1.700 meter persegi mampu menghasilkan satu ton cabai setiap kali panen, maka kini hanya mendapat 30 kilogram saja.
“Hasil panen saat ini banyak menurun. Karena cuacanya yang panas, cabai tiba-tiba kering dan busuk. Hama juga banyak,” jelas Suwanto, petani cabai setempat.
Beruntung, petani terbantu dengan harga cabai yang cukup stabil, sehingga tidak sampai merugi besar. Pada musim panen kali ini, cabai besar pluntir dihargai Rp23.000 per kilogram, lebih tinggi dibanding sebelumnya yang hanya Rp18.000 per kilogram.
“Kalau dulu sekali panen bisa satu kintal. Sekarang hanya bisa 20 sampai 30 kilogram saja sudah bagus mas. Tapi Alhamdulillah masih tertolong harga jual cabai yang cukup stabil,” imbuh Suwanto.
Agar tidak banyak cabai yang mengering dan mati, para petani berupaya menyirami tanaman cabai dengan air. Namun meski begitu, tak sedikit cabai yang tetap kering dan mati. (dzi/rok)
Pantauan JTV di lokasi, sekilas tanaman cabai tumbuh subur dan menghasilkan cabai segar siap panen. Namun, jika diamati lebih dekat, sebagian besar buah cabai yang masih menggantung ini banyak yang rusak dan mengering.
Menurut para petani, kondisi ini disebabkan cuaca panas ekstrem yang terjadi sejak lima bulan terakhir. Panasnya terik matahari membuat buah cabai mengering dan berjatuhan.
Akibatnya, hasil panen menurun enam puluh persen. Jika biasanya lahan seluas 1.700 meter persegi mampu menghasilkan satu ton cabai setiap kali panen, maka kini hanya mendapat 30 kilogram saja.
“Hasil panen saat ini banyak menurun. Karena cuacanya yang panas, cabai tiba-tiba kering dan busuk. Hama juga banyak,” jelas Suwanto, petani cabai setempat.
Beruntung, petani terbantu dengan harga cabai yang cukup stabil, sehingga tidak sampai merugi besar. Pada musim panen kali ini, cabai besar pluntir dihargai Rp23.000 per kilogram, lebih tinggi dibanding sebelumnya yang hanya Rp18.000 per kilogram.
“Kalau dulu sekali panen bisa satu kintal. Sekarang hanya bisa 20 sampai 30 kilogram saja sudah bagus mas. Tapi Alhamdulillah masih tertolong harga jual cabai yang cukup stabil,” imbuh Suwanto.
Agar tidak banyak cabai yang mengering dan mati, para petani berupaya menyirami tanaman cabai dengan air. Namun meski begitu, tak sedikit cabai yang tetap kering dan mati. (dzi/rok)