TUBAN - Kemarau panjang yang terjadi sejak bulan Agustus lalu, membuat warga di kawasan Perbukitan Kapur Kabupaten Tuban mengalami krisis air bersih. Hujan yang tak kunjung datang, membuat daerah terdampak kekeringan terus meluas.
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tuban, pada bulan Oktober ini tercatat ada sebanyak 24 Desa di 9 Kecamatan yang mengalami krisis air bersih. Desa-desa terdampak kekeringan tersebut masing-masing berasal dari Kecamatan Grabagan, Kerek, Parengan, Montong, Senori, Jatirogo, Kenduruan, Bangilan dan Soko.
“Namun yang perlu digaris bawahi dalam satu desa itu tidak semuanya kekeringan, melainkan hanya satu dusun atau berapa RT. Memang kekeringan ini terus meluas karena belum turun hujan,” jelas Kepala Pelaksana BPBD Tuban, Sudarmaji saat ditemui JTV.
Lanjut Sudarmaji, untuk membantu meringankan beban warga, BPBD setempat terus melakukan droping air bersih. Bahkan, setiap harinya pihak BPBD Tuban melakukan droping sebanyak 80.000 liter air bersih menggunakan 6 mobil tangki.
“Droping air bersih ini dilakukan bergiliran di daerah-daerah yang mengalami krisis air bersih. Setiap hari kita droping 80.000 liter dengan 6 armada,” imbuhnya.
Salah satunya seperti yang dilakukan di Desa Trantang, Kecamatan Kerek, Tuban, Kamis (26/10/2023) pagi. Pantauan di lokasi, warga yang mengalami krisis air bersih, langsung menyerbu truk tangki dengan membawa jerigen, bak, hingga galon kosong. Air bersih bantuan ini, selanjutnya akan digunakan untuk keperluan mandi, memasak hingga memberi minum ternak mereka.
“Jika tidak ada bantuan, ya harus beli air mas. Soalnya sumber air sudah kering semua,” jelas Siti, warga setempat.
Sementara itu, data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Tuban, awal musim penghujan baru akan dimulai pada bulan November minggu kedua. Selanjutnya, musim hujan penuh akan mulai terjadi pada Minggu ketiga. (dzi/rok)
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tuban, pada bulan Oktober ini tercatat ada sebanyak 24 Desa di 9 Kecamatan yang mengalami krisis air bersih. Desa-desa terdampak kekeringan tersebut masing-masing berasal dari Kecamatan Grabagan, Kerek, Parengan, Montong, Senori, Jatirogo, Kenduruan, Bangilan dan Soko.
“Namun yang perlu digaris bawahi dalam satu desa itu tidak semuanya kekeringan, melainkan hanya satu dusun atau berapa RT. Memang kekeringan ini terus meluas karena belum turun hujan,” jelas Kepala Pelaksana BPBD Tuban, Sudarmaji saat ditemui JTV.
Lanjut Sudarmaji, untuk membantu meringankan beban warga, BPBD setempat terus melakukan droping air bersih. Bahkan, setiap harinya pihak BPBD Tuban melakukan droping sebanyak 80.000 liter air bersih menggunakan 6 mobil tangki.
“Droping air bersih ini dilakukan bergiliran di daerah-daerah yang mengalami krisis air bersih. Setiap hari kita droping 80.000 liter dengan 6 armada,” imbuhnya.
Salah satunya seperti yang dilakukan di Desa Trantang, Kecamatan Kerek, Tuban, Kamis (26/10/2023) pagi. Pantauan di lokasi, warga yang mengalami krisis air bersih, langsung menyerbu truk tangki dengan membawa jerigen, bak, hingga galon kosong. Air bersih bantuan ini, selanjutnya akan digunakan untuk keperluan mandi, memasak hingga memberi minum ternak mereka.
“Jika tidak ada bantuan, ya harus beli air mas. Soalnya sumber air sudah kering semua,” jelas Siti, warga setempat.
Sementara itu, data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Tuban, awal musim penghujan baru akan dimulai pada bulan November minggu kedua. Selanjutnya, musim hujan penuh akan mulai terjadi pada Minggu ketiga. (dzi/rok)