TUBAN - Kelompok Bermain (KB) dan Taman Kanak-Kanak (TK) Roudhoh di Perum Tuban Akbar Kabupaten Tuban, mengenalkan sejak dini permainan tradisional tinggalan leluhur kepada para siswa. Anak-anak diajarkan berbagai permainan tradisional yang mulai tergerus perkembangan zaman, seperti mul-mulan, dakon, hingga permainan bola bekel.
Tak hanya siswa, orang tua murid juga kembali diajarkan oleh para guru tentang tata cara permainan tradisional tersebut. Sehingga nantinya bisa memainkannya saat mendampingi anak- anak mereka di rumah.
Selain untuk melestarikan budaya dan menghindarkan anak dari kecanduan gadget, kegiatan ini juga digelar dalam rangka gelar karya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang ada di dalam kurikulum merdeka belajar.
Selain melakukan permainan tradisional, para murid di sekolah setempat juga diminta untuk menampilkan tari dan tembang tradisional dalam kegiatan bertajuk “kreasi dolanan tradisional” ini.
“Tadi nari cublek-cublek suweng, belajar seminggu. Saya juga bisa main dakon, mulmulan dan bekel,” jelas Binar, salah satu siswa kepada JTV, Rabu (24/01/2024).
Kreasi dolanan tradisional ini bermula dari keprihatinan pihak sekolah melihat banyaknya anak usia dini yang kecanduan bermain gadget. Pihak sekolah kemudian mempelajari dan mendalami seluk beluk permainan tradisional serta mempraktekkannya kepada anak-anak.
“KB TK Roudhoh memberanikan diri untuk menggelar pentas hasil karya dari pembelajaran merdeka belajar dengan tema dolanan. Kami prihatin melihat situasi saat ini karena gadget menjadi persoalan bagi anak dan orang tua,” tegas Kepala Sekolah KB TK Roudhoh Tuban, drg. Ratna Handayani.
“Nah dolanan ini mempunyai banyak filosofi, jadi kami mencoba untuk eksplor tentang dolanan ini dengan mempelajari apa yang ada didalamnya dan kemudian kami praktekkan kepada anak- anak,” imbuhnya.
Hasilnya, anak-anak ternyata tertarik dan suka dengan permainan tradisional, sehingga penggunaan gadget bisa dikurangi. Selain itu, unsur kerjasama, gotong royong, kesabaran, semangat, hingga fokus yang ada di dalam permainan tradisional tersebut juga memberikan dampak positif terhadap tumbuh kembang anak.
“Kami ingin kegembiraan-kegembiraan yang dikemas dalam dolanan ini bisa mengimbangi dengan dunia gadget yang selama ini digandrungi anak-anak. Mudah-mudahan, ikhtiar ini membawa manfaat bagi anak-anak dan orang tua, sehingga permainan tradisional juga bisa tetap lestari,” tandas Ratna.
Kegiatan ini mendapat apresiasi dari orang tua murid. Menurut mereka, permainan tradisional tersebut bisa melatih sosial, kerjasama, motorik hingga konsentrasi anak. Selain itu, permainan tinggal leluhur tersebut juga membantu mengurangi dampak gadget pada anak-anak.
“Sangat membantu mengurangi dampak gadget kepada anak-anak, sehingga mereka bisa terlatih jiwa sosialnya, kerjasama, motorik dan konsentrasinya,” ujar Dwi Kurnia Purnama Sari, salah satu wali murid.
Kegiatan serupa, rencananya akan terus digelar secara rutin oleh pihak sekolah. Selain memberikan dampak positif kepada anak dan orang tua, diharapkan permainan tradisional ini juga bisa terus lestari di tengah perkembangan zaman. (dzi/rok)
Tak hanya siswa, orang tua murid juga kembali diajarkan oleh para guru tentang tata cara permainan tradisional tersebut. Sehingga nantinya bisa memainkannya saat mendampingi anak- anak mereka di rumah.
Selain untuk melestarikan budaya dan menghindarkan anak dari kecanduan gadget, kegiatan ini juga digelar dalam rangka gelar karya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang ada di dalam kurikulum merdeka belajar.
Selain melakukan permainan tradisional, para murid di sekolah setempat juga diminta untuk menampilkan tari dan tembang tradisional dalam kegiatan bertajuk “kreasi dolanan tradisional” ini.
“Tadi nari cublek-cublek suweng, belajar seminggu. Saya juga bisa main dakon, mulmulan dan bekel,” jelas Binar, salah satu siswa kepada JTV, Rabu (24/01/2024).
Kreasi dolanan tradisional ini bermula dari keprihatinan pihak sekolah melihat banyaknya anak usia dini yang kecanduan bermain gadget. Pihak sekolah kemudian mempelajari dan mendalami seluk beluk permainan tradisional serta mempraktekkannya kepada anak-anak.
“KB TK Roudhoh memberanikan diri untuk menggelar pentas hasil karya dari pembelajaran merdeka belajar dengan tema dolanan. Kami prihatin melihat situasi saat ini karena gadget menjadi persoalan bagi anak dan orang tua,” tegas Kepala Sekolah KB TK Roudhoh Tuban, drg. Ratna Handayani.
“Nah dolanan ini mempunyai banyak filosofi, jadi kami mencoba untuk eksplor tentang dolanan ini dengan mempelajari apa yang ada didalamnya dan kemudian kami praktekkan kepada anak- anak,” imbuhnya.
Hasilnya, anak-anak ternyata tertarik dan suka dengan permainan tradisional, sehingga penggunaan gadget bisa dikurangi. Selain itu, unsur kerjasama, gotong royong, kesabaran, semangat, hingga fokus yang ada di dalam permainan tradisional tersebut juga memberikan dampak positif terhadap tumbuh kembang anak.
“Kami ingin kegembiraan-kegembiraan yang dikemas dalam dolanan ini bisa mengimbangi dengan dunia gadget yang selama ini digandrungi anak-anak. Mudah-mudahan, ikhtiar ini membawa manfaat bagi anak-anak dan orang tua, sehingga permainan tradisional juga bisa tetap lestari,” tandas Ratna.
Kegiatan ini mendapat apresiasi dari orang tua murid. Menurut mereka, permainan tradisional tersebut bisa melatih sosial, kerjasama, motorik hingga konsentrasi anak. Selain itu, permainan tinggal leluhur tersebut juga membantu mengurangi dampak gadget pada anak-anak.
“Sangat membantu mengurangi dampak gadget kepada anak-anak, sehingga mereka bisa terlatih jiwa sosialnya, kerjasama, motorik dan konsentrasinya,” ujar Dwi Kurnia Purnama Sari, salah satu wali murid.
Kegiatan serupa, rencananya akan terus digelar secara rutin oleh pihak sekolah. Selain memberikan dampak positif kepada anak dan orang tua, diharapkan permainan tradisional ini juga bisa terus lestari di tengah perkembangan zaman. (dzi/rok)
Ikuti berita terkini JTV Bojonegoro di Google News