JOMBANG - Tanaman padi petani di sejumlah wilayah di Kabupaten Jombang, saat ini memasuki pemupukan. Petani turun ke sawah untuk memupuk dan menyiangi gulma setelah melakukan tanam sebelumnya.
Seperti yang dilakukan petani di Desa Tanggungan, Kecamatan Gudo, Jombang, Rabu (31/01/2024) pagi. Dalam memberi pupuk tanaman padi, petani harus irit, karena minimnya jatah pupuk bersubsidi yag diterima petani.
Dengan jatah pupuk yang diterima, petani harus bisa mencukupkan pemupukan hingga merata seluruh tanamannya.
Sementara petani di Desa Mentaos, Kecamatan Gudo, Jombang, tanaman padi yang telah berusia satu bulan setengah ini juga harus dipupuk. Sama dengan petani lainnya, pemupukan juga harus hemat karena terbatasnya jumlah pupuk yang diterima petani.
Petani yang menggarap lahan padi seluas 0,9 hektar, mengaku hanya menerima jatah pupuk 7 zaks kemasan 50 kilogram atau sebanyak 3,5 kwintal. Jumlah ini hanya memenuhi kurang dari setengah dari total kebutuhannya.
“Kami bingung, karena jika tidak dipupuk, hasil panen dipastikan jauh berkurang, namun jika dipenuhi kebutuhan pupuknya harus membeli pupuk non subsidi dengan harga jauh kebih mahal,” tegas Sumarji, petani setempat kepada JTV.
Akibatnya, para petani terpaksa membeli pupuk non subsidi dengan harga 220 ribu rupiah per zaks kemasan 50 kilogram. Sedangkan harga pupuk bersubsidi hanya 120 ribu rupiah per zaks.
“Kami berharap pemerintah menyediakan pupuk, agar tanaman kami bisa tumbuh bagus dan bisa panen maksimal,” harap Sumarji.
Kondisi kesulitan pupuk ini tampaknya merata terjadi di sejumlah wilayah di Kabupaten Jombang. Para petani meminta pemerintah untuk menyediakan pupuk guna memaksimalkan hasil panen di musim tanam pertama di tahun 2024 ini. (ful/rok)
Seperti yang dilakukan petani di Desa Tanggungan, Kecamatan Gudo, Jombang, Rabu (31/01/2024) pagi. Dalam memberi pupuk tanaman padi, petani harus irit, karena minimnya jatah pupuk bersubsidi yag diterima petani.
Dengan jatah pupuk yang diterima, petani harus bisa mencukupkan pemupukan hingga merata seluruh tanamannya.
Sementara petani di Desa Mentaos, Kecamatan Gudo, Jombang, tanaman padi yang telah berusia satu bulan setengah ini juga harus dipupuk. Sama dengan petani lainnya, pemupukan juga harus hemat karena terbatasnya jumlah pupuk yang diterima petani.
Petani yang menggarap lahan padi seluas 0,9 hektar, mengaku hanya menerima jatah pupuk 7 zaks kemasan 50 kilogram atau sebanyak 3,5 kwintal. Jumlah ini hanya memenuhi kurang dari setengah dari total kebutuhannya.
“Kami bingung, karena jika tidak dipupuk, hasil panen dipastikan jauh berkurang, namun jika dipenuhi kebutuhan pupuknya harus membeli pupuk non subsidi dengan harga jauh kebih mahal,” tegas Sumarji, petani setempat kepada JTV.
Akibatnya, para petani terpaksa membeli pupuk non subsidi dengan harga 220 ribu rupiah per zaks kemasan 50 kilogram. Sedangkan harga pupuk bersubsidi hanya 120 ribu rupiah per zaks.
“Kami berharap pemerintah menyediakan pupuk, agar tanaman kami bisa tumbuh bagus dan bisa panen maksimal,” harap Sumarji.
Kondisi kesulitan pupuk ini tampaknya merata terjadi di sejumlah wilayah di Kabupaten Jombang. Para petani meminta pemerintah untuk menyediakan pupuk guna memaksimalkan hasil panen di musim tanam pertama di tahun 2024 ini. (ful/rok)
Ikuti berita terkini JTV Bojonegoro di Google News