BOJONEGORO - Harga beras di Kabupaten Bojonegoro terus mengalami kenaikan dalam beberapa pekan terakhir, hingga menembus harga Rp17.000 per kilogram. Kondisi ini juga dibarengi dengan naiknya harga gabah di tingkat petani, sehingga membuat petani setempat antusias.
Salah satunya seperti yang dirasakan para petani di Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, Kamis (22/02/2024). Harga gabah di tingkat petani menyentuh Rp7.500 per kilogramnya.
Rasno salah satu petani mengungkapkan, tingginya harga gabah di tingkat petani membuat para petani setempat meraup untung. Kondisi ini membuat para petani bisa menutup pengeluaran untuk perawatan dan pembelian pupuk yang mahal selama masa tanam.
“Ini alhamdulillah panennya bagus, harganya juga bagus. Gabah lepas combi laku Rp7.500 per kilogramnya. Kalau minggu lalu malah harganya di atas Rp8.000 per kilo,” jelasnya kepada JTV.
Para petani berharap, harga gabah yang tinggi ini bisa terus stabil, sehingga para petani bisa meraup untung besar. Apalagi selama musim tanam, pengeluaran mereka juga membengkak akibat langka dan mahalnya harga pupuk di pasaran.
“Semoga harganya tidak anjlok. Karena petani disini juga susah saat tanam. Pupuk langka dan mahal, sehingga pengeluaran juga banyak. Tapi ini masih untung lumayan,” imbuh Rasno. (edo/rok)
Salah satunya seperti yang dirasakan para petani di Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, Kamis (22/02/2024). Harga gabah di tingkat petani menyentuh Rp7.500 per kilogramnya.
Rasno salah satu petani mengungkapkan, tingginya harga gabah di tingkat petani membuat para petani setempat meraup untung. Kondisi ini membuat para petani bisa menutup pengeluaran untuk perawatan dan pembelian pupuk yang mahal selama masa tanam.
“Ini alhamdulillah panennya bagus, harganya juga bagus. Gabah lepas combi laku Rp7.500 per kilogramnya. Kalau minggu lalu malah harganya di atas Rp8.000 per kilo,” jelasnya kepada JTV.
Para petani berharap, harga gabah yang tinggi ini bisa terus stabil, sehingga para petani bisa meraup untung besar. Apalagi selama musim tanam, pengeluaran mereka juga membengkak akibat langka dan mahalnya harga pupuk di pasaran.
“Semoga harganya tidak anjlok. Karena petani disini juga susah saat tanam. Pupuk langka dan mahal, sehingga pengeluaran juga banyak. Tapi ini masih untung lumayan,” imbuh Rasno. (edo/rok)