TUBAN - Di Kabupaten Tuban, terdapat sebuah bangunan masjid berbeda dengan masjid pada umumnya. Yakni masjid bertiang satu dengan tinggi 27 meter dan berdiameter 85 centimeter. Konon, dalam proses pendiriannya, tiang hanya ditarik dengan bambu tanpa bantuan alat berat.
Tempat ibadah tersebut adalah Masjid An-Nur Nurul Miftahussofyan yang ada di Dusun Gomang, Desa Laju Lor, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban. Masjid yang terletak diatas bukit tersebut dibangun pada tahun 1994 di lingkungan Pondok Pesantren Yayasan Wali Songo.
Pantauan JTV di lokasi, Selasa (19/03/2024), masjid yang dikenal dengan sebutan masjid bertiang satu ini hanya bertumpu pada satu tiang kayu jati besar. Tiang tersebut memiliki tinggi 27 meter dan berdiameter 85 centimeter.
Atas atap masjid juga tidak menggunakan kubah aluminium seperti pada masjid pada umumnya. Namun, kubahnya dihiasi dengan gembol atau gundukan yang melekat pada akar pohon jati. Setiap detail bangunan masjid berarsitektur istimewa ini, mempunyai makna tersendiri.
Pengasuh Pondok Pesantren setempat, KH Noer Nasroh Hadiningrat mengatakan, masjid satu tiang tersebut dibuat sebagai simbol bahwa tuhan hanya satu. Sementara gembol atau gundukan pada kubah itu mengartikan ke hati-hatian, sehingga orangnya yang masuk diharapkan konsentrasi dan berhati-hati.
“Kayu jati setinggi 27 meter tersebut sebagai simbol Nabi muhammad ketika diwajibkan oleh Allah untuk melaksanakan shalat lima waktu pada tanggal 27 rajab,” ungkapnya.
Lanjutnya, bentuk bangunan masjid ini memiliki lima pintu utama. Kelima pintu masjid tersebut sebagai simbol bahwa Nabi Muhammad menerima kewajiban ibadah sholat sehari semalam sebanyak lima kali.
Jika bangunan dilihat dari depan akan tampak tiangnya sebanyak empat buah, dan dilihat dari belakang juga bertiang empat. Sehingga dengan tiang utama sebagai penyangga jumlahnya ada sembilan tiang.
“Jumlah tersebut menggambarkan bahwa agama islam masuk ke indonesia melalui wali sembilan,” tegas KH Noer Nasroh.
Tempat ibadah tersebut adalah Masjid An-Nur Nurul Miftahussofyan yang ada di Dusun Gomang, Desa Laju Lor, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban. Masjid yang terletak diatas bukit tersebut dibangun pada tahun 1994 di lingkungan Pondok Pesantren Yayasan Wali Songo.
Pantauan JTV di lokasi, Selasa (19/03/2024), masjid yang dikenal dengan sebutan masjid bertiang satu ini hanya bertumpu pada satu tiang kayu jati besar. Tiang tersebut memiliki tinggi 27 meter dan berdiameter 85 centimeter.
Atas atap masjid juga tidak menggunakan kubah aluminium seperti pada masjid pada umumnya. Namun, kubahnya dihiasi dengan gembol atau gundukan yang melekat pada akar pohon jati. Setiap detail bangunan masjid berarsitektur istimewa ini, mempunyai makna tersendiri.
Pengasuh Pondok Pesantren setempat, KH Noer Nasroh Hadiningrat mengatakan, masjid satu tiang tersebut dibuat sebagai simbol bahwa tuhan hanya satu. Sementara gembol atau gundukan pada kubah itu mengartikan ke hati-hatian, sehingga orangnya yang masuk diharapkan konsentrasi dan berhati-hati.
“Kayu jati setinggi 27 meter tersebut sebagai simbol Nabi muhammad ketika diwajibkan oleh Allah untuk melaksanakan shalat lima waktu pada tanggal 27 rajab,” ungkapnya.
Lanjutnya, bentuk bangunan masjid ini memiliki lima pintu utama. Kelima pintu masjid tersebut sebagai simbol bahwa Nabi Muhammad menerima kewajiban ibadah sholat sehari semalam sebanyak lima kali.
Jika bangunan dilihat dari depan akan tampak tiangnya sebanyak empat buah, dan dilihat dari belakang juga bertiang empat. Sehingga dengan tiang utama sebagai penyangga jumlahnya ada sembilan tiang.
“Jumlah tersebut menggambarkan bahwa agama islam masuk ke indonesia melalui wali sembilan,” tegas KH Noer Nasroh.
Pengasuh pondok wali sembilan sekaligus pendiri masjid satu tiang ini mengungkapkan, awal mula proses pembangunan masjid ini terbilang diluar nalar manusia. Apalagi kayu 27 meter untuk masuk ke Dusun Gomang setempat sangat sulit.
Sebab, medannya yang berbelok belok dan naik turun. Terlebih lagi dalam mendirikan tiang utamanya sangat susah, karena tidak menggunakan bantuan alat berat, hanya menggunakan bambu.
“Namun, berkat kekuatan allah, tiang utama tersebut bisa berdiri tegak. Dan dapat dimanfaatkan untuk syiar agama islam hingga sekarang ini,” imbuh KH Noer Nasroh menegaskan.
Hingga kini, masjid yang berada di lingkungan ponpes wali songo ini, masih dikenal keunikannya. Masjid ini makmur karena menjadi tempat ibadah dan dakwah, bagi para santri ponpes dan masyarakat sekitar.
Selain untuk beribadah para santri. Masjid ini juga rutin digunakan para santri dan penduduk sekitar pondok, untuk mengaji dan menjalankan sholat lima waktu. (dzi/rok)
Sebab, medannya yang berbelok belok dan naik turun. Terlebih lagi dalam mendirikan tiang utamanya sangat susah, karena tidak menggunakan bantuan alat berat, hanya menggunakan bambu.
“Namun, berkat kekuatan allah, tiang utama tersebut bisa berdiri tegak. Dan dapat dimanfaatkan untuk syiar agama islam hingga sekarang ini,” imbuh KH Noer Nasroh menegaskan.
Hingga kini, masjid yang berada di lingkungan ponpes wali songo ini, masih dikenal keunikannya. Masjid ini makmur karena menjadi tempat ibadah dan dakwah, bagi para santri ponpes dan masyarakat sekitar.
Selain untuk beribadah para santri. Masjid ini juga rutin digunakan para santri dan penduduk sekitar pondok, untuk mengaji dan menjalankan sholat lima waktu. (dzi/rok)