JOMBANG - Sebuah pesantren di Desa Jombok, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, mempraktekan ngaji kitab kuning dengan menggunakan tiga bahasa. Pemaknaan kitab kuning dengan bahasa jawa, arab dan inggris tersebut dilakukan sebagai bentuk inovasi ngaji menghadapi tantangan global.
Pondok pesantren tersebut berada di dalam komplek Ponpes Aqobah International School. Pantauan JTV di lokasi, Rabu (20/03/2024), ratusan santri mengikuti kegiatan mengisi bulan suci ramadhan.
Mereka mengaji kitab kuning dengan cara berbeda. Jika biasanya pesantren salaf menggunakan kitab kuning, pesantren ini menggunakan laptop dalam praktek kegiatan ngaji kitab kuning.
Bahasa yang digunakan pun bahasa internasional. Santri mengikuti setiap pemaknaan kitab kuning dengan bahasa jawa, arab hingga bahasa inggris. Mereka mencatat setiap makna dengan laptop dan buku tulis yang sudah disiapkan.
Jazilah Salsabila salah satu santri mengaku mengaji dengan menggunakan bahasa asing ternyata cukup menyenangkan. Meskipun awalnya sempat kesulitan namun setelah diikuti cukup mudah.
“Karena mungkin sudah terbiasa, sekarang saya bisa mengerti secara langsung penguasaan tiga bahasa dalam sekali aktivitas mengaji kitab kuning,” ungkapnya.
Sementara itu, Gus Kanzul Fikri, pengasuh pesantren Aqobah mengatakan sengaja menggunakan tiga bahasa untuk mempersiapkan santri menghadapi tantangan dunia global. Santri diharapkan bisa memiliki akhlak dan kemampuan menyampaikan islam ke seluruh dunia.
“Selama ramadhan ini puluhan kitab dikaji oleh santri secara marathon. Mulai dari ngaji kitab fiqih, nahwu sorof hingga aqidah dan tauhid. Para santri diberikan bekal penguasaan materi selayaknya berada di pesantren,” tutupnya. (ful/rok)
Pondok pesantren tersebut berada di dalam komplek Ponpes Aqobah International School. Pantauan JTV di lokasi, Rabu (20/03/2024), ratusan santri mengikuti kegiatan mengisi bulan suci ramadhan.
Mereka mengaji kitab kuning dengan cara berbeda. Jika biasanya pesantren salaf menggunakan kitab kuning, pesantren ini menggunakan laptop dalam praktek kegiatan ngaji kitab kuning.
Bahasa yang digunakan pun bahasa internasional. Santri mengikuti setiap pemaknaan kitab kuning dengan bahasa jawa, arab hingga bahasa inggris. Mereka mencatat setiap makna dengan laptop dan buku tulis yang sudah disiapkan.
Jazilah Salsabila salah satu santri mengaku mengaji dengan menggunakan bahasa asing ternyata cukup menyenangkan. Meskipun awalnya sempat kesulitan namun setelah diikuti cukup mudah.
“Karena mungkin sudah terbiasa, sekarang saya bisa mengerti secara langsung penguasaan tiga bahasa dalam sekali aktivitas mengaji kitab kuning,” ungkapnya.
Sementara itu, Gus Kanzul Fikri, pengasuh pesantren Aqobah mengatakan sengaja menggunakan tiga bahasa untuk mempersiapkan santri menghadapi tantangan dunia global. Santri diharapkan bisa memiliki akhlak dan kemampuan menyampaikan islam ke seluruh dunia.
“Selama ramadhan ini puluhan kitab dikaji oleh santri secara marathon. Mulai dari ngaji kitab fiqih, nahwu sorof hingga aqidah dan tauhid. Para santri diberikan bekal penguasaan materi selayaknya berada di pesantren,” tutupnya. (ful/rok)
Ikuti berita terkini JTV Bojonegoro di Google News