TUBAN - Sejumlah emak-emak menyerbu lahan pertanian bawang merah di Desa Sugiharjo, Kecamatan Tuban Kota, Kabupaten Tuban, Jumat (31/05/2024) siang. Mereka ramai-ramai mencari sisa hasil panen yang sengaja ditinggal pemiliknya.
Aktivitas mengais atau dalam bahasa jawa biasa disebut dengan istilah leles seperti ini, rutin dilakukan warga khususnya para wanita usai panen dilakukan. Caranya cukup sederhana, mereka hanya perlu menggali tanah tempat bawang merah ditanam.
Jika beruntung, maka mereka akan menemukan bawang merah yang tertinggal. Satu per satu butiran bawang merah dikumpulkan dalam wadah.
Namun, kualitas bawang merah hasil leles ini tak sebaik hasil panen pada umumnya. Meski harus berpanas-panas, para ibu ini mengaku senang bisa membawa pulang bawang merah gratis, karena saat ini harganya sedang melambung tinggi.
“Ini nyari sisa panen bawang merah mas. Kalau istilah jawanya leles. Ini kebetulan pas lagi musim panen, jadi banyak warga yang juga ikut leles,” jelas Mundari, salah satu emak-emak pengais bawang merah.
Hasil mengais sisa panen ini, nantinya akan mereka gunakan sendiri sebagai bumbu dapur di rumah.
“Nyari bawang merah sisa-sisa yang tidak ikut dipanen mas. Sengaja ditinggal karena memang kualitasnya jelek. Ini dapat lumayan, nanti untuk dipakai masak sendiri di rumah,” ujar Siti Mukaromah, warga lain.
Aktifitas ibu-ibu mencari sisa hasil panen seperti ini sudah biasa dilakukan. Pemilik lahan mengijinkan, terlebih sebagian besar tanaman mengalami gagal panen.
“Sudah biasa seperti ini mas. Itu kan mereka ambil sisa panen, jadi nggak masalah. Panennya kemarin sedikit, gagal panen gak sampai satu ton,” ungkap Samsul, pemilik lahan bawang merah.
Sekedar diketahui, harga bawang merah di pasar tradisional kabupaten tuban, saat ini berada di kisaran harga Rp50.000 per kilogram. Namun, bawang merah hasil leles tidak laku dijual, karena kualitasnya di bawah standar. Bawang merah biasanya hanya digunakan untuk kebutuhan dapur sehari-hari. (dzi/rok)
Aktivitas mengais atau dalam bahasa jawa biasa disebut dengan istilah leles seperti ini, rutin dilakukan warga khususnya para wanita usai panen dilakukan. Caranya cukup sederhana, mereka hanya perlu menggali tanah tempat bawang merah ditanam.
Jika beruntung, maka mereka akan menemukan bawang merah yang tertinggal. Satu per satu butiran bawang merah dikumpulkan dalam wadah.
Namun, kualitas bawang merah hasil leles ini tak sebaik hasil panen pada umumnya. Meski harus berpanas-panas, para ibu ini mengaku senang bisa membawa pulang bawang merah gratis, karena saat ini harganya sedang melambung tinggi.
“Ini nyari sisa panen bawang merah mas. Kalau istilah jawanya leles. Ini kebetulan pas lagi musim panen, jadi banyak warga yang juga ikut leles,” jelas Mundari, salah satu emak-emak pengais bawang merah.
Hasil mengais sisa panen ini, nantinya akan mereka gunakan sendiri sebagai bumbu dapur di rumah.
“Nyari bawang merah sisa-sisa yang tidak ikut dipanen mas. Sengaja ditinggal karena memang kualitasnya jelek. Ini dapat lumayan, nanti untuk dipakai masak sendiri di rumah,” ujar Siti Mukaromah, warga lain.
Aktifitas ibu-ibu mencari sisa hasil panen seperti ini sudah biasa dilakukan. Pemilik lahan mengijinkan, terlebih sebagian besar tanaman mengalami gagal panen.
“Sudah biasa seperti ini mas. Itu kan mereka ambil sisa panen, jadi nggak masalah. Panennya kemarin sedikit, gagal panen gak sampai satu ton,” ungkap Samsul, pemilik lahan bawang merah.
Sekedar diketahui, harga bawang merah di pasar tradisional kabupaten tuban, saat ini berada di kisaran harga Rp50.000 per kilogram. Namun, bawang merah hasil leles tidak laku dijual, karena kualitasnya di bawah standar. Bawang merah biasanya hanya digunakan untuk kebutuhan dapur sehari-hari. (dzi/rok)
