BOJONEGORO - Tim penilai dari Dinas Kepemudaan dan Olahraga Provinsi Jawa Timur, datang ke rumah Muhammad Nashir Abdul Jabar, di Desa Sarangan, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, Senin (27/05/2024). Kedatangan mereka untuk melakukan penilaian lapangan peserta fact finding duta pemuda pelopor Provinsi Jawa Timur 2024 bidang pendidikan.
Pantauan JTV, setiba nya di lokasi, tim langsung melakukan penilaian mulai dari aspek kepeloporan peserta dan kebermanfaatannya bagi masyarakat sekitar. Pada kesempatan ini, sejumlah orang memaparkan kepeloporan dan kebermanfaatan Abdul Jabbar, terutama dalam kelas mengajar bahasa isyarat yang selama ini digelutinya.
Selain itu, tim penilai juga berkesempatan secara langsung mengikuti pembelajaran kelas bahasa isyarat yang selama ini dijalankan dan dikembangan oleh Abdul Jabbar. Tak hanya itu, didampingi oleh perwakilan dari Dinas Pemuda dan Olahraga Bojonegoro, tim penilai fact finding juga diperlihatkan profil serta catatan prestasi yang didapatkan oleh Abdul Jabbar.
Diketahui, Muhammad Nashir Abdul Jabbar merupakan guru tuli yang mengajarkan bahasa isyarat sejak lama. Ia mengajar untuk orang tuli maupun orang normal yang tidak tuli, namun ingin belajar dan ingin memahami tentang bahasa isyarat.
Pemuda lulusan universitas brawijaya malang tersebut, diketahui sangat aktif sebagai ketua di komunitas aksi arek tuli atau akar tuli. Selain di Malang, Abdul Jabbar juga sangat aktif pada kegiatan kepemudaan dalam organisasinya di Bojonegoro.
Salah satunya aktif sebagai narasumber maupun mentor dalam pembelajaran kelas bahasa yang diselenggarakan oleh Dinas Kepemudaan dan Olahraga Bojonegoro, serta sangat aktif di organisasi kepemudaan gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia (Gerkatin).
“Kedatangan kita kesini untuk melakukan penilaian lapangan. Ini berdasarkan hasil dari wawancara yang sebelumnya kita lakukan kepada yang bersangkutan,” ungkap tim penilai Dinas Kepemudaan dan Olahraga Provinsi Jawa Timur, Kartika Wulan kepada JTV.
Sementara itu, Muhammad Nashir Abdul Jabbar mengaku, sebelumnya iseng mengikuti duta pemuda pelopor, lantaran ingin menjadi salah satu perwakilan dari teman tuli. Keikutsertaanya dalam lomba ini, agar bisa memberikan manfaat bagi orang lain.
“Selain itu, saya juga ingin bisa menyebarluaskan bahasa isyarat kepada banyak orang, supaya banyak yang mengerti tentang bahasa isyarat. Saya juga berharap tidak ada lagi diskriminasi bagi orang tuli, serta diberikan akses pelayanan yang sama di semua bidang,” paparnya. (edo/rok)
Pantauan JTV, setiba nya di lokasi, tim langsung melakukan penilaian mulai dari aspek kepeloporan peserta dan kebermanfaatannya bagi masyarakat sekitar. Pada kesempatan ini, sejumlah orang memaparkan kepeloporan dan kebermanfaatan Abdul Jabbar, terutama dalam kelas mengajar bahasa isyarat yang selama ini digelutinya.
Selain itu, tim penilai juga berkesempatan secara langsung mengikuti pembelajaran kelas bahasa isyarat yang selama ini dijalankan dan dikembangan oleh Abdul Jabbar. Tak hanya itu, didampingi oleh perwakilan dari Dinas Pemuda dan Olahraga Bojonegoro, tim penilai fact finding juga diperlihatkan profil serta catatan prestasi yang didapatkan oleh Abdul Jabbar.
Diketahui, Muhammad Nashir Abdul Jabbar merupakan guru tuli yang mengajarkan bahasa isyarat sejak lama. Ia mengajar untuk orang tuli maupun orang normal yang tidak tuli, namun ingin belajar dan ingin memahami tentang bahasa isyarat.
Pemuda lulusan universitas brawijaya malang tersebut, diketahui sangat aktif sebagai ketua di komunitas aksi arek tuli atau akar tuli. Selain di Malang, Abdul Jabbar juga sangat aktif pada kegiatan kepemudaan dalam organisasinya di Bojonegoro.
Salah satunya aktif sebagai narasumber maupun mentor dalam pembelajaran kelas bahasa yang diselenggarakan oleh Dinas Kepemudaan dan Olahraga Bojonegoro, serta sangat aktif di organisasi kepemudaan gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia (Gerkatin).
“Kedatangan kita kesini untuk melakukan penilaian lapangan. Ini berdasarkan hasil dari wawancara yang sebelumnya kita lakukan kepada yang bersangkutan,” ungkap tim penilai Dinas Kepemudaan dan Olahraga Provinsi Jawa Timur, Kartika Wulan kepada JTV.
Sementara itu, Muhammad Nashir Abdul Jabbar mengaku, sebelumnya iseng mengikuti duta pemuda pelopor, lantaran ingin menjadi salah satu perwakilan dari teman tuli. Keikutsertaanya dalam lomba ini, agar bisa memberikan manfaat bagi orang lain.
“Selain itu, saya juga ingin bisa menyebarluaskan bahasa isyarat kepada banyak orang, supaya banyak yang mengerti tentang bahasa isyarat. Saya juga berharap tidak ada lagi diskriminasi bagi orang tuli, serta diberikan akses pelayanan yang sama di semua bidang,” paparnya. (edo/rok)