TUBAN - Kelompok Bermain (KB) dan Taman Kanak-kanak (TK) Roudhoh di Perum Tuban Akbar, Kelurahan Perbon, Kecamatan Tuban Kota, Kabupaten Tuban, mengenalkan sejak dini pementasan wayang tinggalan leluhur kepada para siswa. Anak-anak dikenalkan mulai dari tokoh-tokoh pewayangan, watak dan karakter tokoh, hingga mementaskannya dalam akhirussanah.
Selain uri-uri budaya pementasan wayang dalam penguatan profil pancasila, kegiatan ini juga untuk menjaga nilai-nilai wayang agar tidak pudar ditelan modernisasi zaman. Kegiatan ini diharapkan bisa menjadi pondasi anak untuk mengenal nilai luhur budaya serta mengambil nilai positif dari tokoh-tokoh pewayangan.
Pantauan JTV di lokasi, dalam pementasan wayang dengan lakon anoman obong ini, seluruh siswa diberikan peran masing-masing. Mulai dari memerankan Anoman, Rahwana, Sinta, Rama hingga Laksmana.
Anak-anak KB dan TK ini juga dengan baik memerankan drama anoman yang dikirim Rama untuk mencari Sinta yang diculik oleh Rahwana dan dibawa ke Alengka. Anoman melakukan aksi heroik dan berhasil menemukan Sinta, termasuk membakar Kota Alengka yang kemudian dikenal sebagai peristiwa Anoman Obong.
Ustadzah KB TK Roudhoh Tuban, Zaidah Women Life mengatakan, sebelumnya anak-anak di sekolah setempat hampir seluruhnya belum mengenal wayang. Namun, setelah dikenalkan dengan pendekatan, cara, dan konsep yang menarik, mereka akhirnya antusias dan tertarik belajar tentang wayang.
“Secara bertahap kami kenalkan dengan cara dan konsep yang menarik. Mereka kemudian antusias. Ini upaya kami untuk uri-uri budaya, mengenal nilai luhur budaya, serta mengambil nilai positif dari tokoh-tokoh pewayangan,” jelasnya, Kamis (27/06/2024).
Pihak sekolah berharap, pengenalan wayang sejak dini ini bisa menjadi pondasi anak untuk mengenal nilai luhur budaya serta mengambil nilai positif dari tokoh-tokoh pewayangan.
Anak-anak juga mengaku senang dan bangga bisa mementaskan wayang yang sebelumnya belum mereka kenal.
“Tadi ikut pentas. Saya bagian peran pitik walik. Suka dan senang bisa tampil,” kata Syaqila Awwalun Nismara, salah satu siswa.
Sebulan sebelum kegiatan ini, pihak sekolah sengaja mendatangkan guru seni dan budaya untuk mengenalkan tentang wayang kepada anak-anak di sekolah setempat. Ini sebagai bentuk keseriusan pihak sekolah untuk uri-uri budaya pementasan wayang dalam penguatan profil pancasila yang ada di dalam kurikulum merdeka belajar.
“Para siswa kami kenalkan tokoh-tokoh wayang, belajar bahasa jawa dan bahasa jawa pewayangan hingga menirukan suara tokoh wayang. Ini harus dilakukan secara menarik, agar mereka juga tertarik,” tegas Dwi Tetuka, guru seni dan budaya yang didatangkan pihak sekolah setempat.
Kegiatan serupa, rencananya akan terus digelar secara rutin oleh pihak sekolah. Selain memberikan dampak positif kepada anak dan orang tua, diharapkan budaya tinggalan leluhur ini juga bisa terus lestari di tengah perkembangan zaman. (dzi/rok)
Selain uri-uri budaya pementasan wayang dalam penguatan profil pancasila, kegiatan ini juga untuk menjaga nilai-nilai wayang agar tidak pudar ditelan modernisasi zaman. Kegiatan ini diharapkan bisa menjadi pondasi anak untuk mengenal nilai luhur budaya serta mengambil nilai positif dari tokoh-tokoh pewayangan.
Pantauan JTV di lokasi, dalam pementasan wayang dengan lakon anoman obong ini, seluruh siswa diberikan peran masing-masing. Mulai dari memerankan Anoman, Rahwana, Sinta, Rama hingga Laksmana.
Anak-anak KB dan TK ini juga dengan baik memerankan drama anoman yang dikirim Rama untuk mencari Sinta yang diculik oleh Rahwana dan dibawa ke Alengka. Anoman melakukan aksi heroik dan berhasil menemukan Sinta, termasuk membakar Kota Alengka yang kemudian dikenal sebagai peristiwa Anoman Obong.
Ustadzah KB TK Roudhoh Tuban, Zaidah Women Life mengatakan, sebelumnya anak-anak di sekolah setempat hampir seluruhnya belum mengenal wayang. Namun, setelah dikenalkan dengan pendekatan, cara, dan konsep yang menarik, mereka akhirnya antusias dan tertarik belajar tentang wayang.
“Secara bertahap kami kenalkan dengan cara dan konsep yang menarik. Mereka kemudian antusias. Ini upaya kami untuk uri-uri budaya, mengenal nilai luhur budaya, serta mengambil nilai positif dari tokoh-tokoh pewayangan,” jelasnya, Kamis (27/06/2024).
Pihak sekolah berharap, pengenalan wayang sejak dini ini bisa menjadi pondasi anak untuk mengenal nilai luhur budaya serta mengambil nilai positif dari tokoh-tokoh pewayangan.
Anak-anak juga mengaku senang dan bangga bisa mementaskan wayang yang sebelumnya belum mereka kenal.
“Tadi ikut pentas. Saya bagian peran pitik walik. Suka dan senang bisa tampil,” kata Syaqila Awwalun Nismara, salah satu siswa.
Sebulan sebelum kegiatan ini, pihak sekolah sengaja mendatangkan guru seni dan budaya untuk mengenalkan tentang wayang kepada anak-anak di sekolah setempat. Ini sebagai bentuk keseriusan pihak sekolah untuk uri-uri budaya pementasan wayang dalam penguatan profil pancasila yang ada di dalam kurikulum merdeka belajar.
“Para siswa kami kenalkan tokoh-tokoh wayang, belajar bahasa jawa dan bahasa jawa pewayangan hingga menirukan suara tokoh wayang. Ini harus dilakukan secara menarik, agar mereka juga tertarik,” tegas Dwi Tetuka, guru seni dan budaya yang didatangkan pihak sekolah setempat.
Kegiatan serupa, rencananya akan terus digelar secara rutin oleh pihak sekolah. Selain memberikan dampak positif kepada anak dan orang tua, diharapkan budaya tinggalan leluhur ini juga bisa terus lestari di tengah perkembangan zaman. (dzi/rok)