BOJONEGORO - Untuk mengantisipasi kekeringan akibat musim kemarau, para petani di Desa Drajat, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro berinisiatif membuat kolam terpal untuk menampung air. Kolam air berukuran rata-rata 3 kali 5 meter persegi ini, mereka buat di tengah sawah.
Selanjutnya kolam yang telah ada, mereka gunakan untuk menampung air dari sumur bor irigasi yang jaraknya cukup jauh. Yakni sekitar 200 meter di selatan desa.
Meski air yang mereka datangkan ini tidak gratis. Yakni harus membayar beban ongkos operasional sebesar 50 ribu rupiah per kolam. Namun melalui metode ini, para petani mengaku senang, sebab lahan sawah mereka tak sampai terbengkalai.
“Kita buat kolam terpal ini untuk mengantisipasi kekeringan, sehingga tanaman kami tidak mati kekurangan air,” jelas Dukhan, petani setempat kepada JTV, Rabu (24/07/2024).
Setidaknya, air yang tersedia, cukup untuk mengairi sawah sekaligus menyiram dan memupuk tanaman, di tengah datangnya musim kemarau. Selain itu. Upaya ini, terbukti efektif, meski harus mengeluarkan tenaga dan biaya berlebih.
Namun ribuan tanaman tembakau yang mereka budidayakan mampu tumbuh subur. Tidak sampai layu, dan mati, seperti padi yang sebelumnya sempat gagal panen.
“Saat ini tembakau yang rata-rata berumur satu bulan dapat tumbuh normal. Sebab, penyiraman dapat dilakukan secara teratur, minimal dua hari sekali,” ungkap Dukhan.
Saat ini, petani hanya berharap. Nantinya tembakau yang mereka tanam, dapat menghasilkan panen yang berlimpah dengan harga jual yang tinggi. (tim/rok)
Selanjutnya kolam yang telah ada, mereka gunakan untuk menampung air dari sumur bor irigasi yang jaraknya cukup jauh. Yakni sekitar 200 meter di selatan desa.
Meski air yang mereka datangkan ini tidak gratis. Yakni harus membayar beban ongkos operasional sebesar 50 ribu rupiah per kolam. Namun melalui metode ini, para petani mengaku senang, sebab lahan sawah mereka tak sampai terbengkalai.
“Kita buat kolam terpal ini untuk mengantisipasi kekeringan, sehingga tanaman kami tidak mati kekurangan air,” jelas Dukhan, petani setempat kepada JTV, Rabu (24/07/2024).
Setidaknya, air yang tersedia, cukup untuk mengairi sawah sekaligus menyiram dan memupuk tanaman, di tengah datangnya musim kemarau. Selain itu. Upaya ini, terbukti efektif, meski harus mengeluarkan tenaga dan biaya berlebih.
Namun ribuan tanaman tembakau yang mereka budidayakan mampu tumbuh subur. Tidak sampai layu, dan mati, seperti padi yang sebelumnya sempat gagal panen.
“Saat ini tembakau yang rata-rata berumur satu bulan dapat tumbuh normal. Sebab, penyiraman dapat dilakukan secara teratur, minimal dua hari sekali,” ungkap Dukhan.
Saat ini, petani hanya berharap. Nantinya tembakau yang mereka tanam, dapat menghasilkan panen yang berlimpah dengan harga jual yang tinggi. (tim/rok)