NGAWI - Harga MinyaKita di Pasar Besar Kabupaten Ngawi naik Rp.500 menjadi Rp.16.000 dari sebelumnya Rp.15.500 per kemasan ukuran 9 ons.
Menurut para pedagang, kenaikan harga minyakita terjadi sejak sudah beberapa bulan terakhir, termasuk stok barang susah didapat. Kondisi ini membuat pembeli lebih memilih minyak curah, yang harganya lebih murah dan tak kalah jernihnya.
Harga minyak curah hanya Rp.16.500 per kilogram. Selisihnya hingga 2 ribu rupiah, jika dibandingkan dengan minyakita yang beratnya cuma 9 ons, atau kurang dari satu kilogram.
Masyarakat mengaku bisa berhemat. Meski menggunakan minyak curah tidak berpengaruh dengan rasa. Terlebih stok barangnya mudah didapat di pasaran.
“Sudah beberapa minggu ini beli minyak curah, karena minyakita mahal. Harganya soale terpaut 2 ribu mas,” ungkap Lastri, salah satu pembeli.
diketahui mahalnya harga minyakita juga membuat para pembeli kini beralih ke minyak goreng lainnya, karena selisih harga dengan minyak goreng bersubsidi tersebut tidak terlalu besar. Mereka hanya bisa berharap harga minyak kembali normal dan ketersediaan stok aman.
“Ini sudah beberapa bulan stok minyak kita sulit mas. Apalagi harganya juga terus naik. Makanya warga banyak yang beralih ke minyak curah,” jelas Bagus Widiyantoro, salah satu pedagang di pasar setempat. (ito/rok)
Menurut para pedagang, kenaikan harga minyakita terjadi sejak sudah beberapa bulan terakhir, termasuk stok barang susah didapat. Kondisi ini membuat pembeli lebih memilih minyak curah, yang harganya lebih murah dan tak kalah jernihnya.
Harga minyak curah hanya Rp.16.500 per kilogram. Selisihnya hingga 2 ribu rupiah, jika dibandingkan dengan minyakita yang beratnya cuma 9 ons, atau kurang dari satu kilogram.
Masyarakat mengaku bisa berhemat. Meski menggunakan minyak curah tidak berpengaruh dengan rasa. Terlebih stok barangnya mudah didapat di pasaran.
“Sudah beberapa minggu ini beli minyak curah, karena minyakita mahal. Harganya soale terpaut 2 ribu mas,” ungkap Lastri, salah satu pembeli.
diketahui mahalnya harga minyakita juga membuat para pembeli kini beralih ke minyak goreng lainnya, karena selisih harga dengan minyak goreng bersubsidi tersebut tidak terlalu besar. Mereka hanya bisa berharap harga minyak kembali normal dan ketersediaan stok aman.
“Ini sudah beberapa bulan stok minyak kita sulit mas. Apalagi harganya juga terus naik. Makanya warga banyak yang beralih ke minyak curah,” jelas Bagus Widiyantoro, salah satu pedagang di pasar setempat. (ito/rok)