Iklan Beranda

Sketsa Bengawan
Sabtu, 20 Juli 2024, 15:34 WIB
Last Updated 2024-07-20T08:34:20Z
TubanViewerViralWisata | Kuliner

Sambut Kemarau, Warga di Tuban Berburu Ikan Sungai Diantara Gelapnya Malam


TUBAN - Masyarakat Perbukitan Kapur Kabupaten Tuban, memiliki cara unik menyambut musim kemarau. Dengan cara tradisional, mereka berburu gurih lezatnya ikan kali di sepanjang aliran sungai setempat.

Salah satunya seperti yang dilakukan warga Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Sabtu (20/07/2024). Mereka beramai-ramai mempersiapkan diri menyusuri aliran sungai perbukitan kapur setempat, untuk berburu ikan sungai atau warga jawa menyebutnya iwak kali diantara gelapnya malam.

Perburuan dilakukan hanya bermodal senter, panah karet, dan kacamata renang. Selanjutnya kejelian dan insting menjadi modal utama menemukan keberadaan ikan. Pada malam hari ikan tidak aktif bergerak, sehingga mudah ditangkap menggunakan panah.

Selama dua jam berburu, warga mampu mengumpulkan satu ember ikan dalam berbagai jenis dan ukuran. Seperti ikan wader, ikan mujair, ikan lele, ikan gabus, dan terkadang juga belut penghuni aliran sungai setempat.

Berburu ikan seperti ini rutin dilakukan warga pada akhir pekan selama musim kemarau. Sebab, hujan yang tidak kunjung turun membuat debit air sungai surut dan jernih. Sementara saat hujan, air sungai akan meluap deras serta kondisinya keruh.

“Ini dapat lumayan banyak. Ada wader, lele ada juga belut. Mencarinya pakai senter dan panah,” ungkap Farel, salah satu pemburu.

Biasanya hasil tangkapan akan dijadikan hidangan makan bersama warga usai gotong royong tengah malam. Namun sebelum dimasak, iwak kali harus dibersihkan bagian sisik luar dan isi perutnya, lalu dicuci bersih.

Proses memasak tidak sulit. Iwak kali cocok dimasak ulas-ulas atau sekedar digoreng kering dan dibuatkan sambal tomat. Kedua menu bercita rasa khas pedesaan ini dapat disantap bareng nasi beras atau nasi jagung. Gurih lezatnya iwak kali akan sulit dilupakan penikmatnya.

“Makan wader kali (Ikan sungai) di masak ulas-ulas. Rasanya enak sekali karena di makan bareng-bareng dengan warga lain,” jelas Untung, ketua RT setempat.

“Acara seperti ini sering kami lakukan kalau musim kemarau dan saat ada kerja bakti. Dicari bareng-bareng di makan bareng,” imbuhnya.

Berburu iwak kali dan menghidangkannya usai gotong royong warga sudah menjadi tradisi turun temurun. Perburuan dilakukan para pemuda, proses memasak dikerjakan ibu-ibu, sementara warga lain bahu membahu gotong royong. Waktu yang dipilih biasanya akhir pekan. (dzi/rok)