Iklan Beranda

Sketsa Bengawan
Jumat, 16 Agustus 2024, 16:25 WIB
Last Updated 2024-08-16T09:25:21Z
NganjukPojok PituViewerViral

Kapten Kasihin Pejuang Kemerdekaan Di Nganjuk, Gugur di Usia 32 Tahun


NGANJUK - Kapten Kasihin merupakan salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia. Pria kelahiran Tulungagung tersebut rela bertempur habis-habisan selama agresi militer ke 2. Bahkan, perjuangannya harus dibayar mahal, karena Kapten Kasihin harus meninggal dunia di usia muda.

Pemerhati Sejarah Nganjuk, Aries Trio Effendy mengatakan, puncak kisah perjuangan Kapten Kasihin terjadi saat bertugas di Desa Kedungombo, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk. Saat itu, desa ini dipilih untuk menjadi markas Batalyon 22/Sriti untuk memukul mundur tentara Belanda.
 
Sebagai Komandan Kompi III Yon 22/Sriti, Kapten Kasihin sering kali ikut terjun langsung ke medan tempur, serta berhadapan langsung dengan tentara Belanda. Puncak pertempuran Kapten Kasihin terjadi pada bulan April tahun 1949.

“Saat itu, Kapten Kasihin berperang melawan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Bahkan, pertempuran hebat tersebut sampai merenggut nyawa Kapten Kasihin,” ungkap Aries kepada JTV, Jumat (16/08/2024).

Lanjutnya, banyak pihak mengisahkan bahwa pria asal Tulungagung tersebut terkena tembakan tentara lawan saat bertempur dengan tentara Belanda. Kapten Kasihin yang tertembak, sempat bersembunyi di rumah warga setempat, namun akhirnya meninggal dunia.

“Beliau gugur di usia 32 tahun dan kemudian dimakamkan di Desa Kedungombo sini,” imbuh Aries.

Kasihin Hadi Soetomo ini memiliki jiwa patriotisme sangat tinggi. Sejak muda, dia sudah mengabdikan diri di dunia militer. Ia sudah berkomitmen untuk membela tanah air.

Kecintaannya terhadap bangsa dan negara indonesia menjadi alasan utamanya. Sehingga, kasihin akhirnya menjatuhkan pilihannya untuk menjadi seorang tentara angkatan darat. Dengan tekad yang kuat dan didukung dengan kompetensi mumpuni, karirnya di militer meroket. Di usianya yang baru menginjak kepala tiga, Kasihin sudah mendapatkan pangkat seorang kapten.

“Begitu cerita bapak saya. Dulu bapak saya itu anak buahnya Kapten Kasihin. Kapten Kasihin menginspirasi para pejuang lain untuk terus memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,” tegas Atik Ismiati, putri pejuang kemerdekaan rekan Kapten Kasihin.

Untuk memberikan penghargaan dan penghormatan kepada Kapten Kasihin, Pemkab Nganjuk mengabadikan namanya dalam sebuah monumen yang hingga kini masih berdiri kokoh di Alun-alun Nganjuk. (as/rok)