Iklan Beranda

Sketsa Bengawan
Sabtu, 03 Agustus 2024, 16:19 WIB
Last Updated 2024-08-03T09:19:46Z
BojonegoroPotensi DaerahViewerViral

Petani Sukses Tanam Padi Dengan Hasil Melimpah di Musim Kemarau


BOJONEGORO - Sebagai salah satu Kabupaten penghasil padi terbesar di Jawa Timur dan nasional, Bojonegoro menjadi salah satu tumpuan ketahanan pangan nasional.

Dari data Badan Pusat Statistik Jawa Timur tahun 2023, Bojonegoro mampu memproduksi padi sebesar 705.963 ton gabah kering giling. Jumlah tersebut hanya sedikit di bawah Kabupaten Lamongan dan Ngawi, yang menempati posisi pertama dan kedua.

Pola tanam yang tepat di tengah musim kemarau, menjadi salah satu kunci para petani bisa panen padi dengan maksimal. Salah satunya seperti yang dirasakan para petani di Desa Jatigede, Kecamatan Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro.

Meski harus mengeluarkan biaya berlebih akibat penggunaan mesin diesel. Namun dengan usaha keras, mereka berhasil memanfaatkan sumber air sungai untuk mendukung pengairan sawah yang mengering akibat dampak musim kemarau.

Usaha petani untuk menyiasati kekeringan ini, bahkan cukup berhasil. Hektaran padi yang mereka tanam, mampu tumbuh subur, dengan hasil panen yang berlimpah. Sepetak lahan seluas 200 meter persegi, rata-rata mampu menghasilkan hingga satu koma lima ton gabah kering panen kualitas terbaik.
 
Atas hasil ini, para petani mengaku senang dan bersyukur. Sebab, di tengah cuaca kering ini, padi yang ditanam tak sampai puso. Meski saat masa perawatan lalu mereka harus mengeluarkan biaya lebih, terutama untuk operasional mesin diesel. Namun hal ini dinilai sebanding dengan hasil panen yang ternyata cukup memuaskan.

“Alhamdulillah hasilnya bagus mas. Ini air pakai diesel dari sungai situ, jadi operasionalnya ya cukup banyak,” ungkap Safuwan, petani padi setempat kepada JTV, Sabtu (03/08/2024).

Selain hasil panen yang melimpah. Harga jual gabah ditingkat petani kini juga tinggi. Harga gabah kering panen di tingkat petani kini mencapai Rp6.200 per kilogram, atau jauh lebih mahal dibanding musim sebelumnya yang hanya berkisar Rp5.000 saja per kilogramnya.
 
Meski demikian, sebagian petani lebih memilih tak menjual hasil panennya. Mereka membawa pulang gabah untuk dikeringkan. Hal ini, sebagai persiapan untuk mengantisipasi cadangan pangan keluarga dalam menghadapi musim kemarau panjang.

“Yang panen sawah sini saya bawa pulang. Tidak saja jual. Untuk makan sampai musim depan pak,” jelas Basuni, petani lain.

Hasil panen melimpah di musim kemarau tersebut masih bisa ditingkatkan lagi dengan melakukan intensifikasi pertanian. Diantaranya menyediakan irigasi teknis dan terintegrasi untuk memastikan ketersediaan air.
 
“Kemudian memastikan ketersediaan pupuk, serta melibatkan perguruan tinggi untuk melakukan penelitian, sehingga bisa mengetahui kekurangan kebutuhan sarana produksi pertanian di wilayah tersebut,” tegas Awaludin Ridwan, Dosen Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena.

Kompleksitas persoalan serta pemanfaatan potensi pertanian, menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak, untuk bersama-sama mewujudkan ketahanan pangan nasional. (tim/rok)