BOJONEGORO - Dalam sepekan terakhir, cuaca yang tak menentu melanda wilayah Kabupaten Bojonegoro. Bahkan, mendung dan curah hujan tinggi membuat para petani tembakau meradang.
Tembakau yang sudah dalam bentuk rajangan atau proses pengeringan, mendadak rusak dan menghitam lantaran tak mendapatkan sinar matahari yang cukup.
Kondisi ini salah satunya menimpa petani tembakau di Desa Bakulan, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, Rabu (11/09/2024). Pantauan JTV di lokasi, hamparan tembakau rajangan yang mereka jemur selama dua hari tampak rusak dan menghitam.
Hal ini membuat para petani setempat merugi. Sebab tak hanya kualitasnya yang turun, harga jual tembakau juga ikut jatuh tak sesuai harapan.
“Sudah seminggu ini cuacanya tak menentu. Tembakau yang sudah dirajang untuk dikeringkan jadi rusak dan menghitam,” ungkap Budi, 35 Tahun, petani tembakau setempat.
Budi menuturkan, jika kondisinya normal, tembakau rajangan yang Ia jemur seharusnya memiliki kualitas yang yang baik. Namun karena cuaca tak mendukung, proses pengeringan menjadi terhambat. Bahkan kurangnya sinar matahari, sangat merusak kualitas tembakau.
“Tembakau yang seharusnya berwarna emas saat kering, kini menjadi hitam. Akibatnya saya rugi jutaan rupiah,” imbuhnya.
Kerugian terjadi karena harga jual tembakau miliknya anjlok drastis dari harga normal. Jika normalnya harga tembakau kering rajang di tingkat petani mencapai kisaran 38-40 ribu rupiah per kilogram. Namun karena tembakau rusak saat pengeringan, maka harga jualnya pun menjadi rendah. Hanya berkisar 29-30 ribu rupiah saja per kilogram.
Atas kondisi ini, para petani tembakau hanya bisa pasrah. Mereka berharap cuaca kembali membaik, sehingga kualitas tembakau kembali normal, serta memiliki harga jual yang tinggi dan stabil. (lim/rok)
Tembakau yang sudah dalam bentuk rajangan atau proses pengeringan, mendadak rusak dan menghitam lantaran tak mendapatkan sinar matahari yang cukup.
Kondisi ini salah satunya menimpa petani tembakau di Desa Bakulan, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, Rabu (11/09/2024). Pantauan JTV di lokasi, hamparan tembakau rajangan yang mereka jemur selama dua hari tampak rusak dan menghitam.
Hal ini membuat para petani setempat merugi. Sebab tak hanya kualitasnya yang turun, harga jual tembakau juga ikut jatuh tak sesuai harapan.
“Sudah seminggu ini cuacanya tak menentu. Tembakau yang sudah dirajang untuk dikeringkan jadi rusak dan menghitam,” ungkap Budi, 35 Tahun, petani tembakau setempat.
Budi menuturkan, jika kondisinya normal, tembakau rajangan yang Ia jemur seharusnya memiliki kualitas yang yang baik. Namun karena cuaca tak mendukung, proses pengeringan menjadi terhambat. Bahkan kurangnya sinar matahari, sangat merusak kualitas tembakau.
“Tembakau yang seharusnya berwarna emas saat kering, kini menjadi hitam. Akibatnya saya rugi jutaan rupiah,” imbuhnya.
Kerugian terjadi karena harga jual tembakau miliknya anjlok drastis dari harga normal. Jika normalnya harga tembakau kering rajang di tingkat petani mencapai kisaran 38-40 ribu rupiah per kilogram. Namun karena tembakau rusak saat pengeringan, maka harga jualnya pun menjadi rendah. Hanya berkisar 29-30 ribu rupiah saja per kilogram.
Atas kondisi ini, para petani tembakau hanya bisa pasrah. Mereka berharap cuaca kembali membaik, sehingga kualitas tembakau kembali normal, serta memiliki harga jual yang tinggi dan stabil. (lim/rok)