Iklan Beranda

Sketsa Bengawan
Sabtu, 14 Desember 2024, 16:26 WIB
Last Updated 2024-12-14T09:26:18Z
TubanViewerViral

Difabel di Tuban Hasilkan Cuan Dari Kerajinan Daun Lontar


TUBAN - Tak ada batasan selama kita mau berusaha. Kata ini mungkin cocok disematkan kepada Supono, difabel asal Desa Kowang, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban. Meski memiliki keterbatasan fisik akibat kedua kakinya lumpuh, namun Supono tetap bisa produktif dengan membuat kerajinan besek berbahan daun lontar.

Memanfaatkan banyaknya pohon siwalan yang tumbuh disekitar pekarangan rumahnya. Supono menyulap daun lontar menjadi barang bernilai ekonomis.

Sembari duduk di atas ranjang sederhana, pria 54 tahun ini secara lihai menganyam satu-persatu daun lontar yang sudah kering menjadi sebuah wadah makanan atau besek.

Dalam sehari, Supono mengaku mampu membuat sekitar 25 biji besek. Setiap satu bijinya dijual seharga Rp5.000. Besek hasil buatannya ini nanti akan dijual ke produsen makanan setempat. Biasanya warga yang membutuhkan akan datang membeli ke rumahnya.

“Setiap hari kerjannya ya begini pak, membuat tumbu dari daun pohon siwalan. disini banyak pohon siwalan jadi saya manfaatkan jadi tumbu ini. biasanya untuk tempat jenang siwalan,” jelasnya kepada JTV, Sabtu (14/12/2024).
 
Sebelumnya, Supono bekerja sebagai penyadap getah siwalan atau legen. Namun pasca terjatuh dari pohon siwalan di tahun 1999 lalu, Ia tidak bisa lagi berjalan. Kakinya mengalami lumpuh pasca terjatuh, membuat Supono harus berpikir keras untuk menyambung hidup.

“Ini sudah setahunan saya tekuni. Semoga bisa terus berkembang, lumayan untuk kebutuhan sehari-hari pak,” imbuhnya.

Yang membuat Supono lebih bersyukur lagi, bahwa bahan baku daun lontar yang cukup melimpah di kampungnya, sehingga Ia tak perlu membeli bahan baku lagi. Semuanya tinggal ambil saja.

Sementara untuk daun lontar, Supono dibantu saudaranya yang mencari daun lontar dari pohon siwalan yang ada di pekarangan tak jauh dari rumahnya.
 
Sebelum di anyam, daun lontar ini di jemur terlebih dahulu selama sekitar dua hari hingga kering, sehingga bisa dengan mudah untuk di anyam.

Hasil kerajinan tangan Supono disetorkan kepada para tengkulak maupun pembeli eceran untuk dijadikan tempat kue atau jajanan. Para pelanggan mengaku membeli hasil kreatifitas Supono karena kualitasnya.

“Sudah langganan pak. Saya tiga hari sekali kesini beli sekitar 30 besek untuk tempat kue,” kata Siti Maulidiawati, salah satu pelanggan.

Keterbatasan fisik tak membuat Supono berpangku tangan dan berharap uluran tangan orang lain. Namun, Supono tetap berjuang dengan caranya sendiri untuk menghidupi keluarganya. (dzi/rok)