JOMBANG - Para petani di Dusun Banjarsari, Desa Bareng, Kabupaten Jombang, berbondong mendatangi makam sesepuh desa, Jum’at (06/12/2024) siang. Mereka membawa aneka ambeng berisi jajanan tradisional.
Untuk tiba di lokasi, para petani berjalan menyusuri sela makam desa hingga menyusuri jalan bersungai. Seluruh jajanan yang mereka bawwa kemudian dikumpulkan menjadi satu di dekat makam pendiri desa.
Aneka jajanan ini terdiri dari kue clorot, kue berbahan baku tepung beras yang dikukus dan dibungkus janur kuning. Kemudian ada busung, jajanan tradisional berbahan tepung beras yang berisi buah nangka dan dibungkus daun nangka. Terakhir jajanan berupa brondong beras ketan yang sudah digoreng.
Sesepuh desa setempat, Mbah Lawi mengatakan, aneka jajanan ini menjadi simbol penawar untuk petir yang mulai datang bersamaan dengan datangnya musim hujan. Musim yang menjadi penanda petani kembali bercocok tanam padi.
“Melalui ritual ini, para petani berdoa agar musim tanam yang akan dilakukan berjalan lancar tanpa musibah dan halangan, termasuk ancaman sambaran petir. Mereka berharap melalui ritual ini hasil panen juga melimpah,” jelasnya kepada JTV.
Setelah dilakukan pembacaan doa, seluruh jajanan ini dimakan bersama di makan desa. Sebagian di tukar ke sesama petani dan dibawa pulang. Tradisi yang sudah dijalankan sejak puluhan tahun silam menjadi tradisi mengawali musim tanam di kala musim penghujan. (ful/rok)
Untuk tiba di lokasi, para petani berjalan menyusuri sela makam desa hingga menyusuri jalan bersungai. Seluruh jajanan yang mereka bawwa kemudian dikumpulkan menjadi satu di dekat makam pendiri desa.
Aneka jajanan ini terdiri dari kue clorot, kue berbahan baku tepung beras yang dikukus dan dibungkus janur kuning. Kemudian ada busung, jajanan tradisional berbahan tepung beras yang berisi buah nangka dan dibungkus daun nangka. Terakhir jajanan berupa brondong beras ketan yang sudah digoreng.
Sesepuh desa setempat, Mbah Lawi mengatakan, aneka jajanan ini menjadi simbol penawar untuk petir yang mulai datang bersamaan dengan datangnya musim hujan. Musim yang menjadi penanda petani kembali bercocok tanam padi.
“Melalui ritual ini, para petani berdoa agar musim tanam yang akan dilakukan berjalan lancar tanpa musibah dan halangan, termasuk ancaman sambaran petir. Mereka berharap melalui ritual ini hasil panen juga melimpah,” jelasnya kepada JTV.
Setelah dilakukan pembacaan doa, seluruh jajanan ini dimakan bersama di makan desa. Sebagian di tukar ke sesama petani dan dibawa pulang. Tradisi yang sudah dijalankan sejak puluhan tahun silam menjadi tradisi mengawali musim tanam di kala musim penghujan. (ful/rok)