BOJONEGORO - Puluhan pelajar di Kabupaten Bojonegoro, harus bertaruh nyawa menaiki perahu tradisional untuk menyeberangi Sungai Bengawan Solo. Hal tersebut lantaran kondisi sungai terpanjang di pulau jawa ini, arusnya cukup deras karena berada pada level siaga merah bencana banjir.
Salah satu titik penyedia jasa penyeberangan perahu sungai tradisional bengawan solo tersebut berada di Komplek Taman Bengawan Solo (TBS), tepatnya di utara Pasar Bojonegoro Kota. Setiap jam berangkat maupun pulang sekolah, perahu penyebrangan ini ramai diserbu para pelajar.
Para pelajar mengaku jika tidak menggunakan perahu penyebrangan, maka mereka bisa melewati Jembatan Sosrodilogo atau Jembatan Kaliketek. Namun mereka harus memutar hingga enam kilo meter atau lebih.
“Karena kalau muter lewat jembatan jauh. Makanya saya kalau berangkat atau pulang sekolah naik perahu,” ungkap Helena, salah satu pelajar kepada JTV, Kamis (23/01/2025).
Meski kondisi tinggi muka air Sungai Bengawan Solo saat ini sedang tinggi, karena berstatus siaga bencana banjir, namun para pelajar mengaku tidak khawatir. Meski nyawa mereka bisa terancam, jika sewaktu-waktu jatuh dari atas perahu.
“Sudah biasa mas. Banjir atau tidak ya tetap naik perahu. Kalau muter lewat jembatan boros soalnya mas,” imbuh Kafi, pelajar lain.
Kondisi sungai bengawan solo yang banjir membuat arus cukup deras. Meski demikian, penyedia jasa perahu tidak memberikan pelampung untuk penumpangnya. Untuk sekali jalan, pelajar harus membayar ongkos seribu rupiah.
Sementara itu, tinggi muka air Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro terus meningkat, hingga Kamis pagi tiang ukur ketinggian air di Utara Pasar Kota Bojonegoro menyentuh angka 14.30 meter diatas permukaan laut.
Pihak BPBD setempat pun menetapkan Sungai Bengawan Solo pada siaga merah bencana banjir. (lim/rok)
Salah satu titik penyedia jasa penyeberangan perahu sungai tradisional bengawan solo tersebut berada di Komplek Taman Bengawan Solo (TBS), tepatnya di utara Pasar Bojonegoro Kota. Setiap jam berangkat maupun pulang sekolah, perahu penyebrangan ini ramai diserbu para pelajar.
Para pelajar mengaku jika tidak menggunakan perahu penyebrangan, maka mereka bisa melewati Jembatan Sosrodilogo atau Jembatan Kaliketek. Namun mereka harus memutar hingga enam kilo meter atau lebih.
“Karena kalau muter lewat jembatan jauh. Makanya saya kalau berangkat atau pulang sekolah naik perahu,” ungkap Helena, salah satu pelajar kepada JTV, Kamis (23/01/2025).
Meski kondisi tinggi muka air Sungai Bengawan Solo saat ini sedang tinggi, karena berstatus siaga bencana banjir, namun para pelajar mengaku tidak khawatir. Meski nyawa mereka bisa terancam, jika sewaktu-waktu jatuh dari atas perahu.
“Sudah biasa mas. Banjir atau tidak ya tetap naik perahu. Kalau muter lewat jembatan boros soalnya mas,” imbuh Kafi, pelajar lain.
Kondisi sungai bengawan solo yang banjir membuat arus cukup deras. Meski demikian, penyedia jasa perahu tidak memberikan pelampung untuk penumpangnya. Untuk sekali jalan, pelajar harus membayar ongkos seribu rupiah.
Sementara itu, tinggi muka air Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro terus meningkat, hingga Kamis pagi tiang ukur ketinggian air di Utara Pasar Kota Bojonegoro menyentuh angka 14.30 meter diatas permukaan laut.
Pihak BPBD setempat pun menetapkan Sungai Bengawan Solo pada siaga merah bencana banjir. (lim/rok)