JOMBANG - Langgar panggung tersebut berada di tepi Jalan Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, beberapa meter dari bibir aliran Sungai Brantas. Bangunan kuno itu masih tampak asli, sejumlah pintu dan perabotnya sengaja dipertahankan untuk menjaga nilai sejarah yang pernah ada.
Seperti lantai dan lokasi imam memimpin sholat. Lantai berbentuk ubin kecil berukuran dua puluh centimeter asli dari pertama kali dibangun. Termasuk tempat kopyah dan qur’an berbahan kayu kuno. Pintu berbahan kayu jati bagian dari ornamen yang masih dipertahankan untuk mempertahankan keaslian bangunan sejak dibangun hingga sekarang.
Ainur Rokhim, pengelola langgar panggung ini menceritakan, langgar ini disebut panggung karena memang memiliki dua lantai. Hanya saja,lantai atas sudah tidak digunakan karena usia dan bangunan kayu yang mulai lapuk.
“Langgar ini dibangun sekitar tahun 1890 oleh saudagar asal Sidoarjo,” ungkapnya kepada JTV, Selasa (04/03/2025).
Pembangunan langgar ini sebagai tempat penyebaran agama islam yang memang lokasinya strategis. “Jalur transportasi aliran sungai kala itu menjadikan lokasi langgar panggung di bangun di dekat lokasi transit saudagar kala itu,” imbuh Rokhim.
Hingga kini langgar ini memiliki keistimewaan tersendiri. Seperti tempat imam yang pendek ternyata masih bisa dipakai imam yang ketinggian badannya melebihi ukuran bangunan. Langgar ini juga kerap dipakai oleh orang berdoa dan bertafakur orang yang ingin mendapatkan pertolongan dari allah atas masalah yang dihadapinya. (ful/rok)
Seperti lantai dan lokasi imam memimpin sholat. Lantai berbentuk ubin kecil berukuran dua puluh centimeter asli dari pertama kali dibangun. Termasuk tempat kopyah dan qur’an berbahan kayu kuno. Pintu berbahan kayu jati bagian dari ornamen yang masih dipertahankan untuk mempertahankan keaslian bangunan sejak dibangun hingga sekarang.
Ainur Rokhim, pengelola langgar panggung ini menceritakan, langgar ini disebut panggung karena memang memiliki dua lantai. Hanya saja,lantai atas sudah tidak digunakan karena usia dan bangunan kayu yang mulai lapuk.
“Langgar ini dibangun sekitar tahun 1890 oleh saudagar asal Sidoarjo,” ungkapnya kepada JTV, Selasa (04/03/2025).
Pembangunan langgar ini sebagai tempat penyebaran agama islam yang memang lokasinya strategis. “Jalur transportasi aliran sungai kala itu menjadikan lokasi langgar panggung di bangun di dekat lokasi transit saudagar kala itu,” imbuh Rokhim.
Hingga kini langgar ini memiliki keistimewaan tersendiri. Seperti tempat imam yang pendek ternyata masih bisa dipakai imam yang ketinggian badannya melebihi ukuran bangunan. Langgar ini juga kerap dipakai oleh orang berdoa dan bertafakur orang yang ingin mendapatkan pertolongan dari allah atas masalah yang dihadapinya. (ful/rok)